MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Medan dakwah diberbagai bidang mendapat arena baru yakni di dunia maya. Dunia maya merubah model kepengikutan (jamaah)- (followers). Kepengikutan jamaah sebelum era digital berbasis pada keturunan, kultur, kaderisasi, dan keterlibatan (engagement)dalam aktivitas organsisasi.
Begitu disampaikan oleh Bachtiar Dwi Kurniawan, Staff Kusus PP Muhammadiyah dalam Focus Group Discussion Penelitian Produksi Wacana Keagamaan Ulama di Media Sosial, Kamis (24/6).
Lebih lanjut, menurut Bachtiar, di era digital, perebutan pengaruh, pertarungan gagasan bahkan perekrutan pengikut melibatkan influencer dan buzzer. Influencer dan buzzer dipakai untuk penetrasi dan masifikasi informasi (gagasan-pemikiran-keberpihakanLangkah).
“Semakin massif maka akan semakin mewarnai dan potensi akan diterima dan didukung akan lebih baik,” tuturnya.
Maka organisasi masa sekarang ini memiliki beberapa tantangan pertama, ormas membutuhkan literasi media digital yang lebih bagus. Kedua, Pemimpin dan pengikut ormas harus lebih ekspansif dakwah dan menyebarkan gagasan di dunia maya. Ketiga, Kreatifitas menciptakan konten (membungkus isu dan materi dakwah yang menarik). Keempat, Kerja berjejaring-bergandengan melalui media digital bahkan media sosial.
Untuk itu, perlu ada strategi yang disiapkan ormas-ormas Islam dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut. Bachtiar menjelaskan Muhammadiyah sendiri telah menyiapkan startegi dengan menyiapkan infastruktur digital di pusat-pusat dakwah Muhammadiyah sebagai command center yang bertugas menmantau media online dan melakukan analisis.
Selain itu, mengolah isu dengan menyiapkannya dalam pabrik narasi. Menumbuhkan dan mengkoordinasi media afiliasi untuk masifikasi narasi, juga menyiapkan influencer dan buzzer masifikasi narasi.
Ketiga hal tersebut perlu dilakukan juga untuk merebut narasi-narasi negatif atau pandangan yang salah juga berita hoax yang sebarkan oleh pihak-pihak yang tidak benar.