MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejatinya adalah salah satu divisi dakwah tertua yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
MPI yang kala itu bernama divisi Taman Pustaka didirikan pada 18 Juni 1920 bersamaan dengan divisi Tabligh, PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), dan divisi Sekolah. Majelis Tarjih berdiri menyusul 8 tahun kemudian.
Meski dalam perkembangannya divisi Taman Pustaka pernah dinonaktifkan, divisi ini dihidupkan kembali dalam nama MPI. Demikian ungkap Ketua MPI PP Muhammadiyah, Muchlas MT dalam siaran TVMU bertajuk “Diskusi Reflektif Bulan Bermuhammadiyah”, Rabu (15/12).
Di era disrupsi seperti sekarang ini, tugas MPI menurut Muchlas tidak mudah namun strategis untuk mengawal dakwah Persyarikatan. MPI diharapkannya tidak terseret arus disrupsi, tapi ikut menjadi disrupter yang meluaskan pengaruh dakwahnya secara agresif dan signifikan di lingkungan masyarakat dunia.
“Sehingga peran kita sebagai gerakan kaagamaan itu lebih signifikan sebagai muara sekaligus menjadi gerakan penentu,” ungkapnya. Sebagai divisi dakwah, MPI memiliki 6 bagian program yang tercermin dengan adanya enam wakil ketua yang membidangi divisi tersebut.
Divisi pertama adalah Museum dan Kearsipan. MPI bertugas mengurus pengarsipan hingga penyelenggaraan Museum Muhammadiyah yang kini telah berdiri di komplek Kampus IV Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Divisi kedua adalah pendayagunaan IT (Information Technology) untuk pengembangan info dan database Persyarikatan Muhammadiyah yang menurutnya menjadi program unggulan MPI dan akan segera diluncurkan.
“Kita punya cita-cita agar Muhammadiyah ini memiliki sumber informasi yang valid dan lengkap sehingga Pimpinan dan umat kita, termasuk masyarakat pada umumnya dapat memperoleh informasi tentang Muhammadiyah yang benar dan cepat sehinga itu juga membantu pimpinan-pimpinan kita untuk bisa mengambil keputusan dengan cepat. Selain itu memberikan informasi yang benar tentang gerakan Persyarikatan Muhammadiyah,” tuturnya.
Divisi ketiga, adalah bidang penerbitan dan penerjemahan buku-buku Muhammadiyah ke dalam bahasa asing. Divisi ini kata Muchlas menjadi pendukung utama program Internasionalisasi Muhammadiyah.
“Karena memang proses penerbitan buku yang memiliki aksesbilitas daya syiar yang luas sampai mencapai global ini saya kira merupakan kendala tersendiri di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah,” ungkapnya.
Divisi keempat menurut Muchlas adalah penerbitan berbagai sumber informasi yang bisa diakses secara online. Saat ini MPI sedang dalam proses menyusun Wikimu, ensiklopedi online tentang Muhammadiyah.
Divisi kelima menurutnya adalah dakwah yang terkait broadcasting dan informasi publik, misalnya seperti pengelolaan TVMU. Termasuk di dalamnya pengelolaan website dan media sosial resmi milik Persyarikatan Muhammadiyah.
“Jadi kita bertanggung jawab juga terhadap upaya Muhammadiyah melakukan siaran-siaran digitalnya baik lewat televisi maupun yang lain yang terkait dengan informasi publik,” kata Muchlas.
Divisi keenam, MPI mengurus hal-hal yang terkait dnegan pengembangan jurnalistik di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Saya kira peran MPI sangat signifikan dalam mengantarkan dan mengawal Muhammadiyah ini agar dapat melakukan adaptasi-adaptasi yang diperlukan menghadapi tantangan perkembangan dunia yang begitu besar yang menyangkut dinamika masyarakat, teknologi dan hal-hal lain yang mempengaruhi gerakan Persyarikatan Muhammadiyah,” pungkasnya.
Hits: 1