MUHAMMADIYAH.OR.ID, SIDOARJO— Bagi warga Muhammadiyah terdapat beberapa surat dan ayat dalam Al Quran yang melekat pada sanubarinya, seperti surat al Ma’un, surat Ali Imran ayat 104 dan 110. Khususnya surat al Ma’un, menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir harus dimaknai secara progresif.
Karena di dalam spirit al Ma’un tersebut, terdapat dorongan kepada kaum muslimin untuk menjadi ya’du sufla atau kaum yang senantiasa memberi pertolongan.
“Tidak mungkin kita bisa memberdayakan orang miskin, anak yatim, dan mereka yang memerlukan jika kita sendiri tidak berkecukupan,” ungkap Haedar
“Jangan dipahami salah, sering orang orang memahami Al Ma’un supaya kita hidup berkekurangan. Justru supaya al Ma’un itu dipraktekkan kita harus berkecukupan,” imbuhnya.
Ketika acara Peresmian Gedung Medik RS Siti Khadijah dan SMP Muhammadiyah 2 milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sepanjang, Sidoarjo pada (31/8), Haedar menjelaskan bahwa semangat al Ma’un meski pro terhadap kelompok dhuafa’-mustadh’afin, tetapi dalam memberikan pelayanan tetap harus memakai standar prima.
Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Bidang Kesehatan sebagai bagian dari Penolong Kesengsaraan Umum, harus mencerminkan kebersihan, pelayanan ramah, dan indikator-indikator baik lainnya. Bukan karena menolong orang miskin, dhuafa-mustadh’afin lalu gedungnya jelek, pelayanan tidak ramah dan seterusnya.
“Jadikan rumah sakit Al Ma’un yang berkemajuan. Pelayanannya berkemajuan, kebersihannya berkemajuan, senyumnya pun senyum berkemajuan, artinya orang yang datang ke PKU Muhammadiyah ketika sakit separuh sakitnya hilang”. Tutur Haedar.
Hal itu juga berlaku kepada AUM Bidang Kesehatan, menurutnya gedung baru SMP Muhammadiyah 2 Taman, Sepanjang setinggi 10 lantai yang baru diresmikan ini adalah salah satu wujud konkrit dari progresif al Ma’un. Haedar berharap agar sekolah-sekolah Muhammadiyah yang lain dapat menjadi kebanggaan.
Dalam kesempatan ini dirinya berpesan kepada seluruh peserta didik sekolah Muhammadiyah untuk senantiasa tertib, termasuk tertib mengaji dan menghafal Al Qur’an, tawadhu’, hormat kepada orang tua, dan disertai dengan cerdas dalam pelajaran, berilmu, skillnya tinggi, dan terus mengasah kecerdasan sosial.
“Sekolah bukan pabrik, hanya melatih orang cerdas, skill nya tinggi, tapi akhlaknya kurang baik. Kemudian tidak punya nilai nilai dalam hidupnya, nilai kebenaran, nilai kehalusan, nilai akal budi. Tentu dasarnya agama. Ini perlu kita angkat sejak dini,” tuturnya.
Hits: 28