MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Purwanto dikukuhkan sebagai Guru Besar Fisika Teori di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, pada Rabu (25/11). Mengingat masih adanya wabah Covid-19 ini, acara pengukuhan dan orasi ilmiah ini dilaksanakan secara semi-daring di Auditorium ITS, bersamaan dengan enam orang calon Guru Besar dari beberapa departemen lain di ITS.
Sebagai dosen di Departemen Fisika, dalam Sidang Terbuka Dewan Profesor ITS, Agus Purwanto menyampaikan orasi ilmiah berjudul Teori Kuantum: Dari al-Ghazali hingga Einstein, dari Kehendak Bebas Tuhan hingga Teleportasi Multi-Qubit. Agus mengakui bahwa judul yang diangkat pada orasi ilmiahnya sebagai bentuk kematangan mengkaji teori fisika yang dalam prosesnya memiliki relevansi dengan pemikiran kalam klasik. Pengangkatan tema ini sebagai ikhtiar Agus untuk kembali mempertemukan agama dan sains yang selama ini terkesan dikotomi.
Pria kelahiran Jember tahun 1964 ini menerangkan bahwa kesan dikotomis antara sains dan agama memiliki preseden yang cukup kuat dalam memori kolektif umat Islam. Dengan mengutip Mulyadi Kertanegara, ahli filsafat Islam, al-Ghazali disebu-sebut sebagai orang yang berikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama (naqli)karena merasa terancam dengan ilmu-ilmu filsafat (‘aqli). Keresahan al-Ghazali tersebut termuat dalam kitab yang cukup terkenal di kalangan santri yaitu Ihya Ulumuddin (Menghidupkan ilmu agama).
“Karena itu, ikhtiar menghidupkan kembali ilmu-ilmu rasional juga harus menggunakan pendekatan dan argumen agama. Ilmu-ilmu rasional astronomi, biologi, fisika, kimia dan terapannya bukanlah ilmu profan (sekuler) melainkan pesan dan tugas keagamaan,” tegas alumnus Hiroshima University ini.
Dalam dua dekade terakhir, Agus berusaha fokus melakukan harmonisasi sains agama. Hasilnya, tahun 2008 Agus menerbitkan sebuah buku berjudul Ayat-ayat Semesta: Sisi-sisi Alquran yang Terlupakan; dan tahun 2015 menerbitkan buku Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan Al-Quran sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan. Tak puas dengan sumbangsih pemikiran, gagasan ini ia realisasikan dengan mendirikan dua Pesantren Sains yang ada di Sragen dan Jombang. (ilham)
Hits: 306