MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menjadi khatib dalam sidang jumat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta pada Jumat (05/05). Materi yang ia sampaikan tentang memaknai tradisi Syawalan. Menurutnya, jika Ramadan ialah momen untuk melakukan spiritual refrehing, maka Syawal dapat disebut sebagai spiritual recreation.
“Spiritual recreation itu adalah sebuah perjuangan kita untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kita di bulan Syawal ini berusaha meningkatkan amaliah dan amalan kita (yang telah berjalan) selama bulan Ramadan, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan,” terang Mu’ti.
Syawal juga dapat menjadi momentum evaluasi atas puasa selama Ramadan. Berdasarkan QS. Al Baqarah ayat 183, salah satu tujuan puasa Ramadan ialah agar menjadi insan takwa. Dalam QS. Ali Imran ayat 133-135, orang bertakwa yang dijamin Surga oleh Allah adalah mereka yang senantiasa menginfakkan hartanya dalam keadaan lapang maupun sempit, mampu menahan amarah, pemaaf terhadap kesalahan orang lain, dan berbuat ihsan.
“Karena itulah di Bulan Syawal ini kita hendaknya meningkatkan sedekah kita, meningkatkan kedermawanan kita, dan tiada henti untuk memberi. Penggunaan kata kerja Mudlari dalam kata “yunfiquna” berarti hari ini dan yang akan datang harus terus melakukan infak, bahkan dalam keadaan rizki kita lapang maupun sempit,” tutur Mu’ti.
“Orang-orang bertakwa adalah mereka yang mampu memaafkan kesalahan orang lain, yang sengaja atau tidak sengaja telah berbuat kesahalan kepada kita. Penggunaan kata kerja Madhi dalam kata “’afu” menandakan bahwa maaf itu harus sudah diberikan sebelum orang lain meminta maaf kepada kita,” terang Mu’ti.
“Lain dari pada itu, orang-orang bertakwa juga adalah mereka yang senantiasa berbuat ihsan, berusaha melakukan amalan-amalan yang terbaik, melakukan perbuatan dan pekerjaan sebaik-baiknya, diawasi atau tidak oleh manusia, ia senantiasa konsisten berbuat baik,” tambah Mu’ti.
Hits: 83