MUHAMMADIYAH.OR.ID, GRESIK—Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan bela sungkawa dan rasa duka atas wafatnya Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Eko Budi Laksono.
Menurutnnya, almarhum merupakan sosok yang mudah bergaul, begitu cair dengan sesiapa saja, murah senyum dengan ragam lintas manusia sehingga saat kabar wafatnya tersebar, semua merasa kehilangan.
Selain itu, keteladanan yang ditampilkan almarhum Eko ialah ia mengajarkan bahwa mengabdi di Persyarikatan dapat dilakukan secara riang gembira. Betapa pun banyak amanah dan tanggungjawab yang mesti dijalani, almarhum telah memperlihatkan bagaimana beban-beban tersebut secara optimis mampu dituntuskan. Sebab, kata Mu’ti, almarhum percaya bahwa beban yang diberikan tidak akan mungkin melampaui kapasitas seseorang.
“Kita harus meyakini bahwa itu semua adalah amanah yang kita mampu memikulnya. Walaupun memang kemampuan itu selain terkait dengan kompetensi kita tapi juga dengan mindset kita. Kalau kita punya mindset bisa melaksanakan, insyaAllah kemampuan itu akan selalu ada,” tutur Mu’ti dalam Takziyah Virtual Mengenang Wafatnya Rektor UMG pada Rabu (21/09).
Mu’ti menyarankan agar doa yang dipanjatkan saat menemui tanggungjawab besar, bukan diringankan, melainkan mintalah kemampuan untuk memikul beban tersebut. Seandainya kita yakin mampu melaksanakan semua beban tersebut, niscaya Allah akan memberikan kekuatan dan energi yang membuat semuanya terasa begitu ringan. Dengan mindset seperti ini, jalan keluar dari setiap permasalahan pasti akan selalu ada.
Dalam Al Quran disebutkan: setiap kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 5). Iman, terang Mu’ti, memberikan optimisme bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini kalau Allah menghendaki. Karenanya, boleh saja berduka atas meninggalnya almarhum Eko, namun tidak boleh berputus asa dan hilang harapan. Perjuangan dan dedikasinya terhadap Muhammadiyah dan dakwah Islam akan senantiasa diteruskan oleh pemimpin di masa yang akan datang.
“Karena itu, putus asa merupakan sesuatu yang dilarang Allah. Bahkan optimisme dan pesimisme adalah pembeda kualitas keimanan kita dan pembeda mereka yang beriman dan mereka yang tidak beriman,” ucap Guru Besar Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.
Hits: 9