MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN – Muhammadiyah telah melaksanakan Muktamar ke-48 di Surakarta, hasil dan keputusan muktamar menjadi pijakan bersama dalam menjalankan gerakan Muhammadiyah di nasional, bahkan internasional.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas pada Sabtu (3/2) dalam Kajian Rutin Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ke-2 di Masjid Ki Bagus Hadikusumo UMLA.
Menyebarkan informasi tentang hasil dan keputusan Muktamar 48, katanya, merupakan tugas yang diemban oleh PP Muhammadiyah, sekaligus oleh semua unsur yang ada di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Bapak, ibu muter ke mana-mana menebarkan penjelasan-penjelasan keputusan muktamar kepada semuanya saja, karena keputusan muktamar itu utusan se-Indonesia, bahkan secara internasional. Karena juga diikuti oleh wakil-wakil Muhammadiyah di sejumlah negara asing,” kata Busyro.
Memotivasi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), Busyro berseloroh, meski usianya sudah menginjak 71 tahun, tapi semangat dalam Bermuhammadiyah seperti remaja yang berusia 17 tahun. Dia mengajak untuk menikmati proses di Muhammadiyah.
Pada tahun politik seperti sekarang ini, Mantan Ketua KPK RI ini berpesan supaya warga persyarikatan tidak tegang-tegang dalam menghadapi Pemilu. Menurutnya, jangan sampai rakyat dijadikan mainan oleh elit dalam Pemilu 2024.
“Jadi dakwah Muhammadiyah itu dakwah yang menyenangkan, tidak usah terlalu tegang-tegang. Oleh karena itu pemilu atau tidak jangan sampai berbeda pilihan 01, 02, 03 lalu renggang silaturahminya,” pesannya.
Bagi warga Muhammadiyah Busyro menyarankan supaya mengikuti keputusan organisasi dalam memandang Pemilu 2024. Termasuk kriteria dalam memilih pemimpin yang sudah dirumuskan oleh organisasi.
Kriteria memilih pemimpin yang telah ditetapkan oleh organisasi, menurutnya memiliki kesamaan dengan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu sidik, tablig, fatanah, dan amanah
Supaya menjadi pemilih yang bijak, warga Muhammadiyah diharapkan mencari informasi tentang sosok kandidat yang akan ingin dipilih. Busyro menyebut, saat ini tidak sulit untuk melakukan itu, sebab rekam jejak pemimpin sudah tersedia di jagat maya yang sudah ada di genggaman atau gawai.
“Tetapi tidak boleh kelamaan ber-HP ria, itu takut kalau kemudian tidak tadabur Al Quranul Karim, dan lain lain,” pesannya.
Al Qur’an sebagai Kitab Suci menurutnya tidak cukup hanya dihafalkan dan dipelajari, tetapi juga diamalkan. Cara memperlakukan Kitab Suci ini yang menjadikan perbedaan warga Muhammadiyah dengan yang lain.