MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama dengan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Perempuan Kelas IIA Malang melaunching buku antologi cerpen berjudul ‘’Titik Nadir Penantian” edisi revisi pada Senin (03/10) bertempat di lantai 2 New Bookstore UMM Jalan Raya Sengkaling Malang.
Buku antologi cerpen tersebut merupakan karya dari 32 perempuan warga binaan Lapas Malang. Sebelumnya, pada cetakan pertama buku tersebut telah di Launching pada Januari 2021 lalu, sedangkan pada edisi revisi kali ini menampilkan hasil cetakan dengan tampilan cover yang lebih menarik dan lebih rapi sehingga lebih mudah untuk dibaca.
Buku ini dibuat dalam rangka menguatkan literasi warga Lapas Perempuan Kelas IIA Malang sekaligus juga sebagai terapi bagi warga binaan dalam mengekspresikan diri, mengungkapkan perasaan dan pengalaman lewat sebuah tulisan.
Selain Launching buku, kegiatan tersebut juga diisi dengan kegiatan Bedah Buku bekerja sama dengan New Book Store UMM dan juga MNC Publishing.
Kepala Lembaga Kebudayaan UMM, Daroe Iswatiningsih mengatakan dalam sabutannya, lahirnya buku Titik Nadir Penantian merupakan bentuk pengabdian untuk mewadahi cerita dan curahan hati serta perasaan dari warga lapas dalam bentuk tulisan. Kemudian diwujudkan dalam sebuah karya yang apik.
Menurutnya, Upaya tersebut dilakukan agar stigma masyarakat terhadap warga lapas ketika mereka keluar tidak lagi disepelekan. Apalagi dengan adanya kemampuan menulis dan juga literasi yang sudah mumpuni. “Secara substansi, cetakan pertama dan kedua tidak jauh berbeda. Mungkin yang sangat kentara dari aspek sajian sampul yang lebih cemerlang. Kemudian juga ukuran huruf juga lebih di perbesar untuk memudahkan para pembaca,” terangnya.
Selain itu, ketua New Book Store UMM, Bambang AW Mengungkapkan, kegiatan ini merupakan Kerjasama antara Lembaga kebudayaan UMM, NBS UMM dan Penerbit MNC. “ Dengan berkolaborasi kami berharap semua punya kontribusi dalam dunia literasi, termasuk meghadirkan penulis dari warga binaan lapas. “Titik Nadir Penantian” ini memberikan inspirasi bagi semua pihak” Terang Bambang.
Kegiatan Bedah buku tersebut menghadirkan Perencana Muda Subkor Ekonomi Keuangan, R. Agung Harjaya Buana sebagai pembedah buku. Dalam paparannya, Agung sangat mengapresiasi buku yang ditulis dari warga binaan lapas. Menurutnya, buku tersebut merupakan karya intelektual yang luar biasa karena lahir dari warga binaan lapas yang melampaui apa yang orang-orang pikirkan tentang mereka.
“Sebuah kisah antologi kehidupan dari warga lapas dituliskan dalam sebuah buku merupakan karya besar. Jika ini terus berlanjut maka akan menjadi aktivitas ekonomi yang luar biasa karena ada royalti yang nantinya menjadi sebuah penghasilan baru bagi lapas. Bayangkan, sebuah tulisan adalah keabadian, saat kita sudah tiada, tulisan masih akans elalu ada. Apalagi tulisan yang berdasarkan dari pengalaman tentu akan lebih di hargai,” ungkap Agung.
Lebih lanjut, Agung bercerita bahwa penulisan karya sastra yang ditulis warga binaan Lapas tersebut suasananya tidak jauh berbeda Ketika Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado dan Makassar, selama itu ia memanfaatkan waktunya untuk menulis Babad Diponegoro pada tahun 1831-1832. Pada akhirnya karya tersebut menjadi Warisan ingatan Dunia UNESCO tahun 2013.
“Suasana yang menghimpit perasaan akan menumbuhkan banyak ide dan karya. Kedepannya perlu warga binaan lainnya untuk menjadikan aktivitas menulis ini sebagai bagian dari self healing”’ Tuturnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Tri Anna Aryati mengucapkan terima kasih kepada pihak sivitas akademika UMM atas dicetak ulangnya buku tersebut. “Saya harap buku tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat yang membacanya. Dengan membaca buku pengalaman dari warga binaan ini, saya harap kita bisa lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Semoga buku ini bisa jadi pembelajaran bagi kita semua,” harap Anna. (Mutia)