MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—QS. Al Baqarah ayat 183 menegaskan tentang wajibnya puasa kepada orang-orang beriman. Menurut tim Divisi Kajian Al-Qur’an dan Hadis Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Aly Aulia, dalam ayat tersebut orang beriman disapa dengan kata seru untuk jarak (ya ayyuha) jauh guna menunjukkan bahwa isi pesan yang diserukan adalah amat penting dan agar efek sapaan itu lebih membekas.
Aly menjelaskan bahwa penyebutan puasa diwajibkan kepada umat terdahulu di dalam QS. Al Baqarah ayat 183 menunjukkan arti penting puasa dan sekaligus memberi dorongan psikologis untuk mengamalkannya. Puasa merupakan institusi yang tua dalam peradaban manusia lantaran telah dipraktekkan oleh orang-orang saleh. Mereka melakukan puasa tidak hanya untuk memulihkan kesehatan dan menjaga kebugaran fisik, tapi juga untuk mencapai iluminasi spiritual.
“Orang-orang sebelum kamu dalam ayat ini (QS. Al Baqarah ayat 183) adalah ahlulkitab, khususnya orang-orang Yahudi. Puasa Asyura, misalnya, tanda bahwa orang-orang terdahulu juga melakukan puasa,” ucap Aly dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (07/09).
Pada bagian akhir QS. Al Baqarah ayat 183 menjelaskan hikmah berpuasa, yakni membentuk manusia yang bertakwa. Menurut Aly, takwa merupakan gabungan sifat-sifat keimanan yang kuat dan sifat-sifat solidaritas dan kesadaran sosial yang mendalam. Bertakwa bukan hanya beriman kepada Allah serta melaksanakan ibadah secara simultan, melainkan juga memiliki komitmen tinggi untuk membangun solidaritas sosial.
“Jadi, puasa di samping sebagai kewajiban agama yang harus dijalankan, juga sekaligus merupakan sarana pengokohan iman dan pembentukan sikap hidup yang memiliki kepedulian terhadap sesama,” kata Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Aly juga tutur mengingatkan bahwa orang yang berpuasa tidak otomatis menjadikan pelakukan bertakwa. Inilah alasan mengapa dalam QS. Al Baqarah ayat 183 menggunakan kata “la’alla” yang menunjukkan harapan agar menjadi insan yang bertakwa. Maka puasa harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran yang tulus atas dasar iman kepada Allah.
“ Tidak disangkal amat banyak orang berpuasa, tapi menjadi suatu ironi bahwa di tengah-tengah masyarakat yang rajin berpuasa itu sejumlah perbuatan dusta dan jahil, seperti korupsi misalnya, tetap marak dilakukan,” ucap Aly.