MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Kerja kebencanaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah untuk kemanusiaan, kemaslahatan, dan kemajuan bagi seluruh alam. Hal itu merujuk kepada prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamiin.
Menurut Manager Porgram Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan, jika bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah hanya ditujukan kepada warga Muhammadiyah, maka prinsip Islam sebagai agama rahamtan lil alamiin akan berubah menjadi rahmatan lil ‘Muhammadiyin’.
Di masa pandemi covid-19 yang masih berlangsung, Muhammadiyah selain melakukan tanggap darurat pada leading sector kesehatan, juga melakukan kerja kemanusiaan long term dengan melakukan penguatan ekonomi masyarakat.
“Penguatan ekonomi masyarakat tidak hanya Muhammadiyah saja, warga Muhamamdiyah saja. Kalau seperti itu Muhammadiyah tidak rahamatan lil alamiin, tapi rahamatan lil muhammadiyyin,” ungkapnya pada (1/3)
Karena konsep rahamatan lil alamiin tersebut, program Getapak sebagai kesatuan program dengan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) bukan hanya ditujukan kepada masyarakat muslim saja, terlebih warga Muhamamdiyah saja. Melainkan bantuan yang diberikan oleh Getapak dilakukan secara inklusi, tidak memandang latarbelakang agama, suku, dan RAS.
Bachtiar menekankan, intervensi bantuan program yang diberikan oleh Muhammadiyah melalui Getapak diberikan kepada masyarakat paling terdampak pandemi covid-19. Kriteria ini yang menjadikan program Getapak bisa diterima pada semua kalangan dengan latarbelakang masyarakat yang berbeda, termasuk di Provinsi Bali yang mayoritas penerima manfaat (Benef) adalah masyarakat beragama Hindu.
“Di Bali banyak sambutan dari masyarakat setempat, dalam Benefnya banyak dari masyarakat Hindu, pemerintah daerahnya mendukung. Di Sragen juga sama, ternyata pendamping informalnya justru dari teman-teman non-muslim yang kebetulan penerima manfaatnya non-muslim,” tuturnya
Bantuan Ketahanan Pangan Inklusi dan Berkelanjutan
Hal ini diakui oleh Sugeng seorang Katholik, juga Pendamping Informal Getapak Kabupaten Sragen. Saat ditemui dikediamannya, Pak Sugeng menyampaikan rasa terimakasih kepada Muhammadiyah yang melalui Program Getapak telah memberikan bantuan kepada dirinya dan masyarakat disekitarnya berupa dana untuk pengembangan budidaya lele.
“Awalnya juga bertanya-tanya, apa benar program dari Muhammadiyah bisa kepada kami. Saya kira bohong, tapi saya percaya Muhammadiyah tidak mungkin bohong. Dan terimakasih akhirnya kami mendapat bantuan Program Getapak,” tuturnya
Selain dirinya, penerima bantuan untuk budidaya ikan lele juga bersama dengan 15 pemuda yang juga mayoritas non-muslim yang bertempat tinggal di Jl. Cantel Kulon, Desa Sragen, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Para pemuda ini awalnya berkeja di sektor formal dan informal, namun karena ada pandemic covid-19 mereka terpaksa dirumahkan.
Menurut Bachtiar, meskipun Program Getapak untuk menanggulangi masalah pangan dan ekonomi akibat pandemi, namun seiring berjalannya waktu, program ini juga berdampak kohesifitas di masyarakat. Ia juga menyadari bahwa, untuk menyelesaikan masalah ini tidak bisa diselesaikan sepihak.
“Sehingga kebersamaan itu menjadi nilai lebih dari pada program getapak, karena dengan adanya Getapak ini ternyata yang lain ikut nyengkuyung (berpartisipasi), mereka merasa senasib sepenanggungan penderita covid. Ternyata entry point di bidang ekonomi mampu menumbuhkan kebersamaan,” imbuhnya
Bencana pandemi covid-19 sebagai endurance test atau ujian daya tahan, kata Bachtiar, maka dalam penanggulangan bencana jenis seperti ini yang paling berat adalah konsistensi. Sehingga bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah berlangsung secara berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian, poin penting dari pemberdayaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah berkelanjutan, tidak hanya come, hit, and run.