MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan saat ini sedang terjadi radikalisasi medsos.
Haedar mengatakan medsos saat ini menjadi ruang baru lahirnya buzzer yang tidak bertanggung jawab, baik yang menyulut isu-isu keislaman, dan juga yang anti fenomena keislaman yang saat ini mencuat.
Tanggapi pernyataan Haedar, dihubungi terpisah Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin menyebutkan bahwa dalam menanggulangi radikalisasi medsos harus ada informasi pembanding yang berfungsi mendidik keragaman para netizen di tengah derasnya arus informasi.
“Yang ‘waras’ jangan diam, arus radikalisasi medsos ini harus dibendung dengan narasi alternatif,” jelasnya ketika dihubungi pada Jumat (5/2).
Al Makin mengingatkan pesan Buya Syafii Maarif, bahwa kita tidak boleh diam diri, dan harus menyampaikan pesan kebenaran.
“Jangan biarkan informasi monoton didominasi satu suara, disitulah pesan moderasi harus lantang disuarakan,” tegasnya.
Senada dengan Al Makin, Haedar mengajak para mubaligh untuk bertabligh di ruang publik yang lebih mencerahkan dan membawa moderasi lebih ke kultur irfani.
“Hadirnya mubaligh yang moderat bisa menjadi arus baru dalam menghadirkan moderasi islam dan keindonesiaan,” imbuh Haedar.
Haedar juga mengimbau agar arus radikalisasi medsos ini tidak membawa generasi milenial terjebak dalam kontradiksi dan perkelahian agama, politik, dan sosial.
“UIN Sunan Kalijaga dan kampus-kampus Islam perlu bersinergi untuk menjadi penggerak dan mempelopori moderasi beragama dan moderasi berbangsa yang lebih kultur dan tidak terjebak pada politik,” tutur Haedar.