Setiap tahun, ada momen istimewa yang tak boleh dilewatkan oleh umat Islam yang ingin memastikan arah kiblat dengan akurat. Tanggal 15 Juli menjadi salah satu hari penting karena pada hari ini, matahari berada tepat di atas Ka’bah.
Fenomena ini dikenal sebagai rashdul kiblat atau istiwa’ a’dzam, dan inilah saat terbaik untuk mengoreksi arah kiblat hanya dengan melihat bayangan benda tegak.
Fenomena rashdul kiblat terjadi ketika deklinasi matahari, yaitu posisi semu matahari terhadap ekuator langit, sejajar dengan lintang geografis Ka’bah. Hasilnya, saat tengah hari waktu Makkah, matahari berada tepat di atas Ka’bah, dan semua bayangan benda yang tegak lurus akan mengarah lurus ke arah kiblat.
Tidak butuh alat canggih, tidak perlu hitung-hitungan rumit. Cukup siapkan benda tegak dan jam yang akurat, kita bisa melihat sendiri bayangan yang menunjukkan arah kiblat.
Tentu, peristiwa ini tidak terjadi setiap hari. Istiwa’ a’dzam hanya muncul dua kali dalam setahun, yakni pada 27/28 Mei dan 15/16 Juli. Di tahun kabisat seperti 2024, tanggal yang berlaku adalah 27 Mei dan 15 Juli.
Sementara pada tahun biasa (basithah), peristiwa ini terjadi pada 28 Mei dan 16 Juli. Karena Makkah berbeda empat jam dari Waktu Indonesia Barat (WIB), maka waktu rashdul kiblat di Indonesia terjadi pukul 16.18 WIB pada bulan Mei dan pukul 16.27 WIB pada bulan Juli.
Bagi kita di Indonesia, ini adalah kesempatan emas untuk melakukan verifikasi arah kiblat, baik di rumah, masjid, atau mushala. Apalagi, tidak semua arah kiblat yang kita warisi tepat. Kadang bangunan mengikuti arah jalan atau tanah, bukan posisi geografis Ka’bah.
Proses pengukurannya pun sangat mudah, di antaranya:
- Pertama, siapkan jam yang akurat—bisa gunakan jam resmi dari BMKG (jam.bmkg.go.id).
- Kedua, cari tempat terbuka yang terkena sinar matahari pada waktu yang ditentukan.
- Ketiga, tegakkan benda seperti tongkat atau bandul yang digantung, lalu amati bayangannya.
- Keempat, tandai garis bayangan itu—itulah arah kiblat yang akurat.
Di banyak masjid, ada pula lubang atau jendela kecil di dinding sebelah barat yang memang sengaja dibuat untuk memanfaatkan peristiwa ini. Saat rashdul kiblat tiba, cahaya matahari yang masuk melalui lubang itu akan jatuh tepat ke garis yang menunjukkan kiblat, menjadi penunjuk alami yang menakjubkan.
Karena rashdul kiblat bersifat verifikatif, kita juga dapat memadukannya dengan metode lain, seperti pengukuran melalui kompas atau bantuan aplikasi. Namun, metode rashdul kiblat tetap menjadi yang paling sederhana sekaligus akurat karena bersandar langsung pada posisi matahari.
Maka dari itu, jangan lewatkan momen 15 Juli pukul 16.27 WIB. Mari ajak keluarga dan tetangga untuk bersama-sama mengukur ulang arah kiblat di rumah masing-masing. Ini wujud kesadaran kita dalam menjaga keselarasan antara ilmu pengetahuan dan tuntunan agama.
Sebagai bagian dari edukasi dan layanan keumatan, pada Selasa, 15 Juli 2025 ini Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan mengadakan kegiatan edukatif pengukuran arah kiblat dengan metode rashdul kiblat, bekerja sama dengan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta.