MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan selamat atas dilantiknya kembali Ma’mun Murod sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Senin (26/5) di Gedung Cendekia, UMJ.
Ucapan tersebut disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas yang hadir secara langsung di acara itu. Selain itu juga hadir Sekretaris Umum PP Muhammadiyah sekaligus Mendikdasmen, Abdul Mu’ti.
Dalam sambutannya, Anwar Abbas mengapresiasi kemajuan yang dicapai oleh Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) tertua di Indonesia ini – UMJ yang saat ini telah meraih akreditasi Unggul.
“Saya pesan kepada pak rektor karena tugas ak Rektor itu adalah menyukseskan tridharma. Saya mungkin ingin menambah satu lagi dharmanya, sehingga menjadi catur dharma,” katanya.
Menurutnya, UMJ sebagai kampus swasta harus memiliki ketangguhan bidang ekonomi, sebab tidak ditanggung oleh APBN. Maka dia meminta kepada pejabat kampus untuk memajukan dan memperkuat keuangan institusi UMJ.
“Uang memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya perlu uang. Oleh karena itu sudah tiba saatnya dan waktunya bagi kita perguruan tinggi untuk mencari sumber-sumber dana bagi membiayai kegiatan kita,” imbuhnya.
Pengamat ekonomi kerakyatan ini menekankan, PTMA tak boleh lagi bergantung pada dana yang bersumber dari mahasiswa seperti SPP maupun UKT. Maka PTMA dituntut untuk memiliki riset hilirisasi yang profitable.
Selain itu juga perlu mengambil langkah-langkah pada pengembangan bisnis usaha. Ketangguhan sisi ekonomi kampus, katanya, akan menjadikan kampus itu mandiri tidak bergantung pada pihak luar yang dapat mengganggu independensi akademik.
Terkait dengan kepemimpinan di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Anwar Abbas menyebut supaya kepemimpinan itu berdampak pada peningkatan prestasi dan kebermanfaatan yang tidak hanya dirasakan internal AUM itu saja.
Selain itu, pimpinan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah harus memiliki kebijaksanaan – khususnya dalam bersikap untuk politik praktis. Kecenderungan politik harus disalurkan di tempat yang tepat yaitu di Partai Politik.
“Berpolitik bukanlah sesuatu hal yang terlarang, tetapi kalau kita memimpin Amal Usaha Muhammadiyah atau memimpin persyarikatan kita tidak boleh berpolitik praktis. Kita tidak boleh berpolitik kekuasaan, politik kita adalah politik nilai,” ucapnya.
Dia menegaskan, Muhammadiyah sampai sejauh ini akan tetap berpijak pada jati dirinya yang tidak memihak ke salah satu Parpol. Melainkan Muhammadiyah berpihak pada kebenaran dan keadilan.