MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA — KH Ahmad Dahlan pernah mengajarkan surat Al-‘Ashr kepada murid-muridnya selama delapan bulan. Meskipun awalnya diprotes karena dianggap terlalu lama untuk surat yang hanya terdiri dari tiga ayat, para murid akhirnya menyadari kedalaman filosofis yang terkandung di dalamnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara Peresmian Gedung Perguruan Muhammadiyah Cabang Tandes dan Milad 1 Abad RS PKU Muhammadiyah Surabaya pada Ahad (01/09) mengatakan bahwa surat Al-‘Ashr menyadarkan manusia tentang pentingnya waktu.
Waktu tidak hanya dipahami sebagai hitungan detik atau menit, tetapi juga sebagai kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karenanya, Haedar memaknai ‘ashr sebagai kemodernan (modernity) atau ‘ashariyyah, yang mengajarkan umat Islam untuk selaras dengan zaman. Mengutip Imam Syafii, “Jika orang tahu kandungan surat Al-‘Ashr, maka cukup dengan surat ini untuk menjadi panduan hidup.”
Berdasarkan surat ini, manusia dituntut untuk memanfaatkan waktu dengan perbuatan-perbuatan terbaik, yang dimulai dengan iman dan amal saleh. Iman bukan sekadar keyakinan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi orang lain.
“Tidak disebut beriman bila ia tidak mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya. Biasanya orang mencintai diri, kroni, dan dinastinya sendiri. Tetapi keimanan membuat seseorang harus mencintai pada aspek yang lebih luas lagi di luar lingkaran kerabat,” tutur Haedar.
Iman adalah fondasi keyakinan, sementara amal saleh adalah aktualisasi dari iman tersebut. Banyak orang bisa melakukan perbuatan, tetapi belum tentu perbuatan itu saleh, bersih, dan memberikan dampak positif. Seorang Muslim harus memastikan bahwa niat, tindakan, dan dampaknya baik. Ini termasuk dalam mencari nafkah.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali dihadapkan pada godaan untuk mengabaikan apa yang halal dan haram. Tidak sedikit orang yang gagal dalam ujian ini. Mereka mungkin sukses dalam karir atau kehidupan mereka, tetapi akhirnya terjerat korupsi dan kehilangan segalanya.
“Tidak sedikit orang yang tidak teruji di sini. Ia bisa sukses dalam hidupnya, sukses dalam perjuangan karirnya, tapi di ujung dia gagal dan jatuh karena korupsi. Terkenal, menjadi rising star dalam perjalanan politik, akhirnya singgah di Suka Miskin (penjara),” ucap Haedar.
Menurut Haedar, sebanyak apa pun harta yang dikumpulkan, tidak akan ikut hingga ke liang kubur. Yang akan abadi adalah amal jariyah, perbuatan baik yang terus mengalir pahalanya bahkan setelah tiada. Demikian paparan Haedar menitikberatkan pada pentingnya iman, amal saleh, dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan modern.