MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Gerakan praksis ‘Aisyiyah dilandasi pada nilai untuk mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin (IRLA), dan salah satu landasan nilai bagi gerakan tersebut adalah Al-Ma’un yang menunjukkan kepedulian terhadap mustadh’afin.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah saat menjadi pemateri dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Sabtu (23/3).
Kepedulian pada mustadh’afin ini, disebut Tri, perlu diperluas konsep dan maknanya dimana tidak semata-mata miskin secara ekonomi. Akan tetapi juga harus merespon problem-problem kemanusiaan yang terjadi.
“Penting juga untuk menguatkan konsep GEDSI (Gender, Disabilitas, Sosial Inclusion) dan analisis interseksionalitas untuk melihat kelompok yang paling membutuhkan,” terang Tri.
Lebih lanjut Tri juga menekankan kepedulian pada kesetaraan laki-laki dan perempuan. Perempuan termasuk menjadi kelompok marginal karena bisa menjadi kelompok yang paling tidak memiliki akses. Terlebih perempuan disebut menjadi wajah dari kemiskinan karena data mencatat bahwa satu dari sepuluh perempuan berada pada garis kemiskinan.
“Yang harus dilakukan adalah melakukan analisis berdasarkan kelompok yang paling kurang beruntung dan kemudian mengembangkan model-model dakwah sesuai dengan kebutuhannya,” tegas Tri
Dalam melakukan praksis dakwah kemanusiaan ini Tri menyebut kader-kader ‘Aisyiyah harus memperhatikan enam prinsip yang ada yakni pertama, tidak top down, namun partisipatif, bagaimana program dibangun dengan partisipatif. Kedua, berbasis bukti atau ketersediaan data.
“Hal ini seringkali diabaikan bahkan kita datang kepada kelompok dampingan dengan logika dan pikiran sendiri yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan,” ungkapnya
Ketiga, penguatan nilai untuk membangun kesadaran. Keempat, mengembangkan model atau inovasi. Kelima, adanya kemampuan mendengar warga dampingan sehingga terdapat proses refleksi-aksi-refleksi. Keenam, merawat keberlanjutan.
“Hal ini harus dilakukan agar apa yang sudah kita bangun bersama dapat terus berkelanjutan manfaatnya. Ini bisa dilakukan dengan penguatan local leadership, membentuk tim Qaryah Thayibah, juga melakukan advokasi ke pemerintah,” katanya.
Di akhir penyampaiannya, Tri juga menekankan pentingnya bagi kader-kader ‘Aisyiyah untuk melakukan pengelolaan pengetahuan. Melalui pencatatan kerja-kerja yang telah dilakukan oleh perempuan berkemajuan sebagai basis data untuk gerakan.