MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam konteks dakwah kultural, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Zakiyuddin Baidhawy, mengungkapkan bahwa Muhammadiyah mengadopsi pendekatan yang lembut. Meskipun banyak yang tertarik dan mengikuti, namun tidak semuanya menjadi anggota resmi.
Sebagai contoh, muncul fenomena varian sosioligis yang disebut Krismuha, yaitu jamaah Kristen yang menikmati fasilitas amal usaha milik Muhammadiyah. Di beberapa kampus Muhammadiyah di Indonesia Timur, mayoritas mahasiswanya adalah beragama Kristen. Meskipun demikian, dalam berbagai seremonial di kampus tersebut, mereka menyanyikan lagu “Sang Surya”, yang mencakup dua kalimat syahadat dalam bahasa Indonesia: “Ya Allah Tuhan Rabbiku, Muhammad junjunganku, Al Islam agamaku”.
“Contoh kampus Muhammadiyah yang berada di Timur. Banyak orang Kristen dan Katolik di sana. Mereka menyanyi lagu Sang Surya. Ada kalimat syahadat di dalamnya. Soal mereka udah muslim atau bukan itu urusan Allah,” dalam Pengajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Jumat (15/03).
Dakwah kultural, menurut Zakiyuddin Baidhawy, tidaklah terpaku pada data statistik yang konvensional, melainkan pada kadar keterpengaruhan individu dalam meresapi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diperjuangkan. Ini mengindikasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengikut dakwah kultural Muhammadiyah meskipun tidak secara resmi menyatakan diri sebagai berafiliasi dengan organisasi tersebut.
Zakiyuddin Baidhawy juga menyoroti pentingnya memahami bahwa proses beragama adalah suatu tahapan yang bertahap, dan dalam konteks Muhammadiyah, terdapat tingkatan dalam bermuhammadiyah. Hal ini menekankan perlunya dakwah kultural menerima perbedaan dan memberikan ruang bagi perkembangan keagamaan individu.
Lebih lanjut, Zakiyuddin Baidhawy menyampaikan bahwa Muhammadiyah perlu menjadi lebih fleksibel dalam melaksanakan dakwah kultural. Sebagai contoh, di Jawa Tengah, Muhammadiyah telah berhasil melaksanakan dakwah kultural melalui program pengelolaan sampah. Meskipun sebagian besar pesertanya tidak secara langsung berafiliasi dengan Muhammadiyah, namun mereka terpengaruh dan terlibat dalam dakwah kultural ini.
Dakwah kultural tidak hanya memperkaya identitas Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi munkar, tetapi juga bertujuan untuk menjawab tantangan zaman dengan segala kompleksitasnya. Muhammadiyah memandang dakwah kultural sebagai sarana untuk memberikan apresiasi terhadap budaya yang berkembang, sambil tetap menerima dan menciptakan budaya yang baru dan lebih baik, sejalan dengan pesan Islam sebagai rahmatan lil alamin.