MUHAMMADIYAH.OR.ID, PONTIANAK – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Muhadjir Effendy mendorong Nasyiah sadar realitas masalah perempuan. Hal itu disampaikan dalam stadium general Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah pada Sabtu (13/1) di Pontianak.
“Kemarin saya berkunjung ke Lamongan, semua nelayan perempuan itu diberi status ibu rumah tangga. Padahal dia bekerja sebagai nelayan, memang tidak menangkap ikan di laut, tapi ikan di darat mereka yang mengurusi. Implikasinya adalah mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas,” katanya.
Kejelasan status, kata Muhadjir, akan menjadikan perempuan berdaya. Maka Nasyiah harus memiliki kesadaran akan realitas yang dihadapi keluarga muda. Sebab banyak peran perempuan dalam memajukan ekonomi Indonesia.
“Karena itu ini contoh yang sangat membutuhkan perhatian,” katanya.
Masalah selanjutnya yang harus menjadi fokus gerakan Nasyiah adalah mengentaskan masalah stunting. Sebab untuk menjamin generasi masa depan bangsa, tergantung cara bangsa memperlakukan perempuan. Dari perempuan ini yang memperlakukan keluarga.
Muhadjir menjelaskan, masalah stunting salah satunya disebabkan kelas ekonomi keluarga yang rendah dan pernikahan anak. Dua hal itu menjadi masalah yang dihadapi Indonesia. Sebab keluarga muda miskin bukan hanya menjadi fenomena di pedesaan, tetapi juga di perkotaan.
“NA ini saya minta betul-betul gencar untuk melakukan penyadaran kepada remaja,”katanya.
Muhadjir berpesan untuk menggandeng tokoh-tokoh agama dalam menangani masalah pernikahan anak. Sebab, terjadinya pernikahan anak juga disebabkan lingkungan yang kurang memahami masalah yang akan dihadapi setelah pernikahan, dan alfanya perhatian tokoh agama terhadap fenomena ini.
Selain itu, ekonomi juga menjadi masalah mendasar yang akan dihadapi oleh keluarga muda. Diharapkan bagi yang akan menikah supaya menguatkan taraf ekonomi mereka terlebih dahulu. Ke depan ada kebijakan dari pemerintah, yaitu mengkhususkan Kartu Pra Kerja khusus untuk calon pengantin.
“NA saya harapkan jangan mengabaikan masalah ini. Saya juga berharap akan lahir pengusaha-pengusaha muda lahir dari NA,” harap Muhadjir.
Mengatasi masalah ekonomi, Muhadjir mendorong di setiap daerah lahir ikatan perempuan pengusaha Muhammadiyah. Terkait urusan ini, diharapkan Nasyiah ke depan lebih banyak beraksi, dan tidak terlalu padat agenda rapatnya. Sebab dalam urusan ekonomi, yang dibutuhkan adalah aksi bukan narasi.
Semua yang dilakukan itu, imbuh Muhadjir, merupakan salah satu jalan untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar. Mencegah kemungkaran dan mengajak kebaikan tidak hanya melalui khutbah di masjid, melainkan harus bertemu dengan realitas-realitas yang dihadapi oleh masyarakat.