MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Muhammadiyah telah mengambil langkah strategis dengan mengadakan Konferensi Mufasir di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Jumat (10/11). Konferensi ini menjadi wadah penting bagi para cendekiawan Muhammadiyah untuk merencanakan penyelesaian Tafsir At Tanwir, sebuah karya yang diharapkan akan memberikan pencerahan dalam memahami Al-Qur’an.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dengan tegas mendukung penyelesaian segera Tafsir At Tanwir dalam 30 juz. Menurutnya, sebagai gerakan yang menggelorakan al-Ruju’ ila Al-Qur’an wa Al-Sunnah, penting bagi Muhammadiyah memiliki referensi atau rujukan pemahaman yang lengkap dan menyeluruh terkait tafsir Al Quran.
“Konferensi ini memiliki kejelasan, yaitu mempercepat penulisan Tafsir At Tanwir. Jika Tafsir At Tanwir bisa selesai, maka tidak mengapa tidak melaksanakan yang lain. Satu lagi Kalender Islam Global bisa selesai. Kalau perlu, silahkan studi banding ke Mesir supaya segera terlaksana dan rampung 30 juz,” ucap Haedar.
Haedar Nashir menekankan pentingnya penyusunan tafsir yang tidak hanya dalam kedalaman pemahaman, tetapi juga dalam bahasa yang menarik dan memikat. “Tafsir pun harus menarik. Cara menyusun kalimat kalau tidak ahli bakal asal panjang, tapi isinya tidak sampai. Dari tata kalimat harus. Kadang bikin kalimat itu tidak menarik. Diksi yang digunakan harus baik,” ujar Haedar.
Beliau juga menyarankan agar penulis Tafsir At Tanwir mengambil contoh dari berbagai tafsir klasik dan kontemporer yang sudah ada, seperti karya-karya Hamka, Quraisy Shihab, dan Hasbi Ash-Shiddieq. “Ada banyak tafsir klasik dan kontemporer yang bisa dijadikan bagian dari sampel, mana yang menarik dan mana yang tidak,” tambah Haedar.
Haedar Nashir memberikan arahan khusus mengenai kekhasan Tafsir At Tanwir, “Harus betul-betul At Tanwir, benar-benar mencerahkan. Harus menghadirkan pendekatan bayani, burhani, irfani. Kalau hanya bayani, mudah, tidak perlu membuat tafsir. Harus lengkap. Biarpun disusun para penulis yang beragam, mesti menghadirkan tiga pendekatan ini.”
Pentingnya kekhasan ini tidak hanya ditujukan kepada para cendekiawan, tetapi juga kepada pembaca awam. Haedar Nashir menyadari bahwa tugas ini tidak mudah, namun ia yakin bahwa dengan pendekatan yang tepat, Tafsir At Tanwir akan menjadi sumber pencerahan bagi semua lapisan masyarakat.
“Tafsir At Tanwir harus terwujud pada periode ini. Dengan mengucap bismillah kita buka Konferensi Mufasir Muhammadiyah ini secara resmi,” harap Haedar Nashir.