MUHAMMADIYAH.OR.ID, PASURUAN – Wakil ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hening Parlan menyebut urusan kebencanaan sebagai urusan setiap orang (everybody business). Oleh karena itu, setiap orang bertanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas yang berorientasi ramah lingkungan dan mencegah kerusakan alam.
“Lingkungan hidup itu sudah ada sejak zaman dulu, tapi saat dulu tidak sadar kalau lingkungan itu bisa rusak hanya karunia Tuhan yang dimanfaatkan,” ujarnya dalam rapat kerja wilayah (rakerwil) Majelis Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (MLHPB) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Agro Mulia, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (7/10).
Hening lalu mendorong MLH PWM Jatim membentuk program berkelanjutan yang mendukung pada tercapainya asas dan kesadaran tanggung jawab ekologis di atas. Program berjenjang seperti sekolah kader lingkungan, KKN tematik lingkungan, sekolah energi atau kampus energi, sekolah sungai, forum dewan pakar, pelatihan baik mubaligh dan mubalighot lingkungan perlu dikembangkan sampai ke tingkat daerah.
Dalam pelaksanaannya nanti, Hening meminta agar MLH saling bekerja sama dengan Lembaga Resiliensi Bencana MDMC. Sebab, masalah ekologis juga menyangkut pada aspek kemanusiaan. Penerbitan materi, modul, maupun AliMM terdahulu menurutnya perlu dilakukan kembali.
Keterkaitan aspek kebencanaan, ekologis dan kemanusiaan itu menurutnya saling terkait dan dapat dilihat pada konteks Indonesia. Karenanya, Muhammadiyah kata dia tidak boleh tinggal diam.
90 persen bencana di Indonesia kata Hening disebabkan oleh perubahan iklim yang berdampak pada tenggelamnya ribuan pulau, ratusan ribu nelayan yang berhenti melaut, hingga menurunnya angka pertanian akibat kemarau panjang. Selain itu, el nino juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan, kekeringan, dan lain-lain.
Terputusnya mata pencaharian tradisional itu, kemudian turut berdampak pada aspek sosial. 60 persen perempuan menjadi pihak paling rentan atas perubahan iklim karena mengalami kekerasan di dalam rumah tangga.
“Hal-hal yang di depan mata harus kita selesaikan, harus mampu memberikan kontribusi ke penyelesaian masalah. Dan kita hendaknya membawa MLHPB itu menjadi sebuah momen bukan hanya project satu ke project lainnya,” tegas Hening. (afn)