MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA — Mengingat tantangan dakwah komunitas yang kian kompleks, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ingin menambah darah segar da’i untuk dakwah komunitas, khususnya untuk daerah 3T.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Bendahara LDK PP Muhammadiyah, Muhammad Mufid dalam agenda Rakornas LDK PP Muhammadiyah pada (26/8) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang diikuti oleh perwakilan wilayah dan beberapa LDK daerah di Indonesia.
Pendapat tersebut juga diamini oleh Wakil Ketua LDK PP Muhammadiyah, Agus Tri Sundani, yang juga mantan da’i khusus Muhammadiyah yang ditugaskan di daerah Kalimantan Tengah di tengah-tengah komunitas Suku Dayak.
Menurut Agus, penguatan dakwah komunitas untuk era sekarang mendesak untuk segera ada penambahan da’i. Hal itu menurutnya, karena tantangan dakwah yang kian kompleks dan semakin banyak komunitas yang harus disentuh dan mendapat pencerahan dari Muhammadiyah.
Da’i yang terjun ke pedalaman Kalimantan Tengah sejak 1985 ini menambahkan, bahwa tantangan dakwah da’i Muhammadiyah di masa dulu memang berat, namun yang dihadapi oleh da’i di masa sekarang kian kompleks. Lebih-lebih dengan adanya gawai yang mengeser banyak hal dalam kehidupan.
“Kami dulu babat alas di Kalimantan itu memang berat. Tetapi tantangan sekarang juga semakin kompleks, masyarakat sudah banyak yang dunianya di media sosial,” ungkapnya.
Agus menekankan, bahwa calon da’i komunitas khusus tidak cukup dibekali dengan materi-materi keagamaan saja. Tetapi juga dibekali ilmu-ilmu instrumen sebagai penunjang keahlian dalam berdakwah. Dia mencontohkan seperti kemampuan bertani, keadaban digital dan instrumen lainnya.
Menambahkan yang disampaikan oleh Agus Sundani, Muhammad Mufid juga menyebut bahwa gawai atau smartphone merupakan tantangan tersendiri bagi da’i komunitas. Akses digital disebutnya sudah masuk ke bilik-bilik keluarga yang seharusnya sebagai tempat intim membangun keluarga.
“Media sosial sudah masuk ke bilik kamar anak-anak kita. Kita butuh terobosan dakwah yang menghalau dampak-dampak negatif dari intervensi media sosial ini,” tuturnya.
Selain itu, penambahan da’i komunitas menurutnya dibutuhkan juga untuk menggarap komunitas-komunitas marjinal. Baik yang termarjinalkan secara struktural maupun kultural.