MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Sebagai organisasi keagamaan pertama yang menyelenggarakan pendidikan modern di Indonesia, menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib menyampaikan bahwa pendidikan Muhammadiyah memiliki empat hal yang ingin diberikan kepada siswanya.
Empat hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Pendidikan Matematika ini dalam Rakernas Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) PP Muhammadiyah, Jumat (28/7) di Yogyakarta. Keempat hal itu merupakan putusan dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta.
Empat hal yang diberikan oleh Muhammadiyah kepada peserta didik di lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah keimanan yang mantap, unggul dalam intelektual, anggun dalam akhlak, dan sigap berkarya. Empat hal ini menjadi tujuan akhir pendidikan di Muhammadiyah.
Namun demikian Irwan mengaku bahwa untuk memenuhi keinginan tersebut dibutuhkan proses. Sementara proses yang paling mendasar itu adalah image sekolah Muhammadiyah yang harus dibangun, menyesuaikan dengan konteks yang melingkupi masyarakat sekarang.
Menganalisis tentang kondisi global lembaga pendidikan Muhammadiyah, Irwan menyebut bahwa secara kualitas sesama sekolah Muhammadiyah terjadi disparitas yang mencolok. Dia mencontohkan di suatu daerah, terdapat sekolah Muhammadiyah yang begitu maju, namun di daerah lain sebaliknya.
“Kita perlu mem-branding sekolah Muhammadiyah. Apakah dengan namanya atau bermacam-macam. Kalau kita mau membranding nama maka nama Muhammadiyah tidak boleh lepas, seperti di Solo SMA Muhammadiyah Program Khusus. Hal itu akan memberikan image baru yang dibangun. Tetapi bukan hanya sekedar nama tetapi kita juga mampu menawarkan program-program khusus yang bisa ditawarkan,” ungkapnya.
Selain memperkuat branding, sekolah Muhammadiyah juga harus diisi oleh sumber daya insani yang mumpuni. Misalnya kepala sekolah yang memiliki ‘gudang’ inovasi dan visioner. Menurutnya, kepala sekolah memiliki peran penting dalam menghidupkan dan mengembangkan sekolah Muhammadiyah.
“Mangkanya diperlukan kepala sekolah yang punya inovasi dan visioner, yang mana mampu memikirkan masa depan sekolahnya.” Imbuhnya.
Kembali menyoroti tentang disparitas sekolah-sekolah Muhammadiyah, Irwan mengatakan bahwa Muhammadiyah perlakuan khusus yang berbeda-beda terhadap sekolah Muhammadiyah di daerah-daerah. Lebih-lebih dalam urusan digitalisasi, yang dalam pandangannya kemampuan sekolah sangat variatif.