MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Epistemologi merupakan istilah filsafat yang mengacu pada cara kita memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan. Menurut Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dalam Islam, sumber pengetahuan ini terdapat enam macam, yaitu: fitrah, nash (wahyu), nalar, kosmos, pengalaman kemanusiaan-kesejarahan, dan inspirasi ilahi. Dalam hal ini akan sedikit menyoroti tentang fitrah.
“Fitrah sebagai sumber pengetahuan telah menjadi pembahasan para filsuf Islam. Salah satu filsuf Islam yang sangat ekstensif membincangkan konsep fitrah sebagai sumber pengetahuan ialah Ibnu Taimiyah,” ucap Rofiq dalam kajian Center for Integrative Science and Islamic Civilization Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (CISIC UMY) pada Sabtu (13/05).
Menurut Rofiq, fitrah merupakan kemampuan orisinil atau kecenderungan dasar dalam diri setiap manusia yang diberikan oleh Tuhan. Salah satu fitrah paling dasar adalah pengakuan adanya eksistensi Tuhan. Artinya sejak manusia lahir, ia dikaruniai fitrah. Olehnya konsep fitrah tidak bisa disamakan dengan teori tabularasa bahwa manusia lahir dalam keadaan netral tidak memiliki potensi apa-apa. Tidak dapat pula disamakan dengan konsep knowledge is power dari Michel Foucault karena sifat ini tidak dikonstruksi oleh kekuasaan apapun.
“Fitrah itu seperti bedan chips yang ditempelkan dalam fisik manusia. Sifat fitrah itu bawaan (innate), jadi tidak perlu didik, diajarkan, karena sudah ada sejak lahir. Semua manusia sejak lahir dari kecenderungan mengakui keberadaan Tuhan dan sistem nilai yang universal,” ucap Rofiq.
Tanpa perlu diajarkan, fitrah untuk mencintai nilai-nilai universal ini telah menjadi pengetahuan intrinsik yang ada dalam setiap jiwa manusia sejak lahir. Sebab setiap manusia sejak ia lahir secara inheren mencintai nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, kenyamanan, cinta dan kasih sayang, dan lain-lain. Konsekuensinya seluruh manusia baik yang terdidik maupun tidak pasti membenci kejahatan, penderitaan, kecurangan, tipu daya, dan lain-lain.
“Manusia tinggal di manapun, berkebangsaan apapun, warna kulit apapun, mengakui bahwa nilai keadilan adalah nilai utama. Mereka suka dengan praktek keadilan, mereka benci dengan kecurangan. Secara intrinsik, manusia juga suka dengan kasih sayang,” tutur Rofiq.