MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim menghadiri acara Halalbihalal Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Kamis (18/5).
Acara tahunan yang rutin diselenggarakan oleh MUI setiap bulan Syawal ini mengusung tema “Merajut Solidaritas Umat untuk Membangun Bangsa”. Para hadirin yang datang antara lain sejumlah ormas Islam dan agama lain, tokoh bangsa, hingga para ketua partai politik.
Pada kesempatan itu, Kiai Saad Ibrahim mengajak seluruh elemen bangsa untuk merajut solidaritas dan kesatuan bangsa lewat tindakan nyata, bukan sekadar retorika saja.
“Di dalam upaya untuk merajut solidaritas umat, demi membangun bangsa, tidak cukup hanya kita bicarakan, tidak cukup kita wacanakan, yang jauh lebih penting adalah kita lakukan,” tegasnya.
Memberikan contoh, Saad mengatakan bahwa meski dirinya adalah tokoh Muhammadiyah, namun dia memiliki hubungan yang erat dengan tokoh-tokoh dan masyarakat Nahdlatul Ulama.
“Tentu saya seorang Muhammadiyin, tetapi sudah lama hati saya nyambung, bahkan dengan pondok pesantren yang di situlah Kiai Hasyim Asy’ari berada, yaitu Pondok Pesantren Tebuireng,” ujarnya.
Terkait konteks tahun politik, Saad mengingatkan agar umat tidak terpecah belah oleh perbedaan yang ada. Saad juga mengingatkan para pembesar bahwa di tangan merekalah ruang untuk mewujudkan solidaritas umat itu lebih mudah dilakukan.
“Yang punya peluang besar untuk terwujudnya solidaritas dengan sesungguh-sungguhnya ialah yang di tangannyalah kekuasaan itu ada,” kata dia.
Selain Saad Ibrahim, pada kesempatan itu juga hadir Pengasuh Pesantren Mambaul Ulum Berasan, Muncar, Banyuwangi Jawa Timur, KH M Anwar Iskandar.
Anwar mengatakan keimanan dan ketakwaan tidak akan lengkap bila tidak dibarengi kesadaran persatuan dan kesatuan bangsa sembari mengutip ayat 103 surat Ali Imran.
“Seakan-akan Allah SWT itu mengatakan betapa pun hebatnya kalian bertakwa kepada Allah SWT, betapa pun kalian berpegang teguh pada prinsip agama, bila kalian tidak mampu menciptakan persatuan di tengah kehidupan, maka kedua hal itu kurang ada artinya,” sambungnya. (afn)