MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim mendorong guru-guru di lembaga Pendidikan Muhammadiyah dihargai secara profesional. Meski finansial bukan ukuran profesionalitas, akan tetapi jika finansial semakin tinggi maka itu semakin baik.
Demikian disampaikan Saad Ibrahim pada, Rabu (29/3) di acara Webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Penyejahteraan guru-guru Muhammadiyah menurutnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha untuk mengembalikan kejayaan Islam.
Berkaca dari sejarah kejayaan Islam di abad pertengahan, Saad menukilkan bahwa elan vital kejayaan masa itu adalah peran guru yang menyebarkan ilmu pengetahuan secara masif di beberapa wilayah kekuasaan Islam. Apresiasi terhadap dunia ilmu pengetahuan diapresiasi luar biasa.
“Pada masa Umar bin Khattab, orang yang kemudian mengajar sekedar membaca Al Qur’an alif, ba, ta, sa itu satu bulan kalau dikurskan dengan kehidupan sekaran ini sekitar 30 sampai 35 juta satu bulan.” ungkap Saad.
Termasuk di masa-masa setelahnya, ketika ada ilmuwan yang menerjemahkan kitab-kitab Berbahasa Yunani ke Bahasa Arab akan ditimbang dan akan diganti emas sesuai berat timbangan kitab tersebut. Tingginya penghargaan terhadap dunia ilmu pengetahuan yang mengantarkan The Golden Age Moslem History.
“Dan Muhammadiyah hemat saya, adalah sebuah bibit yang ditanam oleh Allah di bumi Indonesia ini untuk menjadi cikal bakal. Saya percaya Muhammadiyah ini bagian penting, titik awal untuk terwujudnya masa kedua kejayaan Islam.” tuturnya.
Namun demikian pendidik di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah tidak boleh serta merta menggantungkan diri untuk imbalan itu saja. Aktivis pendidikan Muhammadiyah yang bertauhid harus memiliki keyakinan bahwa, seluruh kehidupannya akan diurus oleh Allah SWT.
Ketauhidan seorang pendidik di lingkungan pendidikan Muhammadiyah menurut Saad Ibrahim harus berimplikasi pada pelayanan yang baik. Pelayanan baik tersebut harus inklusif, bukan hanya kepada peserta didik yang berasal dari internal namun juga eksternal Muhammadiyah.
“Mari kita sadari semua, mereka itu biak yang berasal dari keluarga Muhammadiyah maupun yang tidak, mereka itu duta-duta besar kita yang akan kita kirim ke berbagai kawasan. Maka marilah kita layani dengan sebaik-baiknya, dengan cara seperti itu mereka akan berkesan dan bangga kepada kampus ini.” Kata Saad.