MUHAMMADIYAH.OR.ID, JEMBER – Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar pada 2015, Persyarikatan Muhammadiyah Kembali meneguhkan komitmen dalam penguatan tiga pilar Gerakan dakwah Muhammadiyah yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan ekonomi umat.
Demikian disampaikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada, Sabtu (18/2) di acara Tabligh Akbar Semarak Musyawarah Daerah (Musyda) ke-11 Muhammadiyah-‘Aisyiyah Kabupaten Jember.
Mu’ti menerangkan, bahwa selama ini Muhammadiyah sudah sangat menonjol dan berkemajuan di bidang Pendidikan. Bahkan Pendidikan menjadi identitas identik yang melekat pada diri Muhammadiyah, sebab di setiap kehadirannya selalu disertai dengan Lembaga Pendidikan.
“Di mana di situ ada Muhammadiyah, maka di situ ada Lembaga-lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Saya rasa tidak berlebihan kalau kita mengatakan demikian,” ungkap Mu’ti.
Muhammadiyah tercatat memiliki lebih dari 7.000 lembaga Pendidikan tingkat sekolah dan madrasah, termasuk sekolah Muhammadiyah yang ada di Australia. Memiliki 171 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, bahkan Muhammadiyah sudah memiliki perguruan tinggi di Malaysia.
Termasuk lebih dari 23.000 Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), termasuk yang di Mesir, Malaysia dan beberapa negara lain. Lembaga Pendidikan yang dikelola Muhammadiyah bukan hanya dinikmati oleh warga Indonesia saja, tapi juga warga dunia.
“Dan inilah komitmen dan salah satu bentuk ungkapan education is identical to Muhammadiyah. Dan ini menjadi Amal Usaha Muhammadiyah yang pertama dan yang utama,” katanya.
Termasuk pilar kedua yaitu Kesehatan, di mana Muhammadiyah saat ini sudah memiliki 121 rumah sakit yang telah melayani umat dan bangsa Indonesia. Bahkan Muhammadiyah dicatat sebagai ormas yang memiliki rumah sakit terbanyak di Indonesia, mungkin juga dunia.
“Jumlah tersebut belum termasuk klinik, balai pengobatan yang dalam catatan kami jumlahnya lebih dari 500 layanan Kesehatan yang diberikan oleh Muhammadiyah.” Tuturnya.
Setelah Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Muhammadiyah juga ingin memperkuat dakwah di bidang ekonomi. Ekonomi sebagai pilar ketiga dakwah Muhammadiyah. Ekonomi menjadi bagian agenda besar Muhammadiyah, yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat umat dari sisi ekonomi.
Secara nasional, kata Mu’ti, ekonomi Indonesia bisa dikatakan baik. Tapi di sisi lain, ekonomi di Indonesia juga mengalami beberapa masalah yang sangat serius seperti angka kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi.
“Jumlah kelompok miskin itu lebih dari 26 juta, angka pengangguran juga meningkat memang setelah pandemic 2019 di mana banyak perusahaan yang gulung tikar, dan banyak perusahaan yang terpaksa menutup usahanya, sehingga angka pengangguran juga meningkat,” imbuhnya.
Tidak kalah mengkhawatirkan lagi di Indonesia adalah kesenjangan ekonomi yang curam di warganya. Kesenjangan di Indonesia, tutur Mu’ti sangat mudah diamati dan kasat mata. Melihat kesenjangan di Indonesia bukan hanya dilihat dari angka-angka, tapi sudah sangat tampak nyata.