MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Selain ekonomi dan energi, tidak sedikit ekonom yang memprediksi bahwa tahun 2023 ini akan terjadi resesi di bidang pangan. Krisis pangan terjadi akibat pandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina, dan kondisi iklim yang tidak menentu. Kondisi di Indonesia, bahan pokok seperti gandum, jagung, dan kedelai mengalami kenaikan harga karena stok terus menipis.
Menurut Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader PWM Jawa Barat Wisnu Cahyadi, dalam menghadapi krisis pangan ini, Indonesia dapat memperkuat potensi pangan berbasis sumber daya lokal. Pemanfaatan pangan lokal merupakan alternatif sekaligus sumber pangan pokok dan energi terbarukan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat menjadi penyelamat jika kehadirannya dapat dimaksimalkan. Selain itu, mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah dan desa.
Pengalaman membuktikan bahwa selama masa-masa sulit seperti krisis pada tahun 1998 dan masa pandemi Covid-19, UMKM menjadi garda paling depan yang dapat bertahan dan menjadi solusi dalam menghadapi masalah ekonomi. Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.
Menurut Cahyadi, Muhammadiyah juga turut dapat memanfaatkan potensi anggota, ranting dan amal usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Seluruh anggota, ranting dan amal usaha Muhammadiyah ini apabila mampu memberdayakan masyarakat dengan menciptakan inovasi usaha, atau memaksimalkan sumber daya lokal, maka akan sangat membantu Indonesia dalam menghindari krisis pangan.
Cahyadi mendorong agar tiap-tiap kader Persyarikatan memiliki keyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk lepas dari kemiskinan dan krisis. Strategi paling fundamental dalam menyudahi krisis ini ialah dengan mengubah ideologi yang serba konsumtif menjadi ideologi produktif, penuh semangat, dan berpola pada kemandirian. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi juga diperlukan, terutama yang berbasis ramah lingkungan.
“Jika berhasil menyudahi krisis, maka Persyarikatan akan terasa eksistensinya di tengah masyarakat, terasa manfaatnya bagi orang banyak, dan menjadi gerakan yang penuh keberkahan,” ucap Cahyadi dalam Gerakan Subuh Mengaji pada Jumat (10/02).
Beberapa program produk pangan berbasis potensi daerah yang telah dilakukan seperti pembuatan minyak kelapa berbasis teknologi tepat guna, air kelapa yang diolah jadi nata de coco, tempurungnya menjadi arang yang bernilai ekonomis. Ada pula perkebunan strowbery yang dapat diolah menjadi ragam olahan pangan. Selain itu, peternakan belut hingga lele yang tersebar di hampir seluruh Jawa Barat.
“Itulah yang bisa saya sampaikan bahwa kita di Muhammadiyah memiliki potensi yang cukup besar karena basis daerah dan ranting yang begitu banyak yang bisa menjadi solusi dari krisis pangan. Kita manfaatkan produk lokal agar terhindar dari krisis global,” ucap Cahyadi.