MUHAMMADIYAH.OR.ID, KOTA MEDAN — Tata kelola Lazismu kini mulai bergeser dari konsentrasi pendistribusian kepada pemberdayaan. Pendistribusian yang dimaksud adalah penyaluran sembako atau kebutuhan konsumtif untuk kepentingan singkat, sementara pemberdayaan merupakan bentuk penyaluran yang mengutamakan kepentingan jangka panjang bagi penerima manfaat. Dua konsep ini pun akan menjadi bagian dari program-program Lazismu dalam beberapa tahun ke depan.
Hal ini disampaikan oleh Muarawati Nur Malinda selaku Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan saat acara bincang santai pada Senin (05/12) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Medan. Acara ini diikuti oleh pengurus Lazismu Wilayah Sumatra Utara, Lazismu Kota Medan, dan Lazismu Kota Binjai. Lazismu Wilayah Sumatra Utara dihadiri oleh Ketua Badan Pengurus Basir Hasibuan, Ketua Badan Pengawas Syaiful Hadi, dan Eksekutif Andika serta Putrama Al-Khair.
Muarawati mengawali perbincangan tersebut dengan menjelaskan raihan terbaik Lazismu sebagai salah satu lembaga filantropi pengelola zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya (ZISKA) pada Indonesia’s SDGs Action Awards 2022. Pada ajang bergengsi ini, Lazismu meraih predikat Pemenang Terbaik I Kategori Filantropi. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada berbagai pihak yang turut mendukung pencapaian SDGs, salah satunya kepada lembaga filantropi.
Berikutnya, Muarawati menyinggung perubahan paradigma pendistribusian menjadi pemberdayaan yang ada di Lazismu. Pada awal kehadiran Lazismu, bantuan lebih diutamakan pada program-program jangka pendek dengan penyaluran untuk kebutuhan konsumtif. Namun kini ke depannya, Lazismu akan lebih berkonsentrasi pada kegiatan pemberdayaan yang memiliki kepentingan jangka panjang, misalnya membantu sektor ekonomi.
Muarawati kemudian menjelaskan 13 Rekomendasi Muktamar Muhammadiyah serta 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Hal ini menurutnya harus dipahami oleh semua pengurus Lazismu dan menjadi referensi dalam penyusunan program. Di antara bagian dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tersebut adalah mengakhiri kemiskinan, mengakhiri kelaparan, memastikan kehidupan yang sehat, mengahadirkan pendidikan yang inklusif, hingga memastikan terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Beberapa contoh program Lazismu pun dijelaskan oleh Muarawati, seperti EdutabMu, Timbang (Tingkatkan Kemampuan Gizi Seimbang), dan Sekolah Cerdas. Ketiganya diusung sebagai “Best Practice” dalam Indonesia’s SDGs Action Awards 2022. Dari ketiga contoh program tersebut, ia pun berharap dapat menginspirasi para pengurus Lazismu dalam menyusun program-program pemberdayaan dan berkelanjutan. Muarawati juga berdiskusi mengenai penyusunan program seperti isu stunting, beasiswa, dan ekonomi, serta berbagi cerita sukses Lazismu di salah satu daerah dengan program industri tapioka yang kemudian berkembang menjadi merek Rumah Mocaf Indonesia.