MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA—Kehadiran Muhammadiyah yang senantiasa hadir untuk menyelesaikan persoalan keumatan dan kebangsaan, menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti telah segaris dengan statuten Muhammadiyah tahun 1914.
Dalam statuten Muhammadiyah tahun 1914 disebutkan bahwa maksud persyarikatan ini adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland. Maka pada setiap permasalah yang ada Muhammadiyah hadir sebagai problem solver.
“Muhammadiyah hadir untuk berusaha memberikan solusi atas masalah itu. Muhammadiyah adalah bagian dari problem solver, bukan problem maker dan juga problem entrepreneur,” ucap Mu’ti pada, Sabtu (24/12) di Pembukaan Musywil PWM Kaltim di Samarinda.
Aktualisasi dari kehadiran tersebut dapat disaksikan dan dirasakan oleh seluruh umat manusia melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang terus bertambah, bertumbuh dan berkembang. Hal serupa juga dilakukan oleh ‘Aisyiyah sebagai organisasi sayap perempuan Muhammadiyah.
Seperti tagline atau tema Muktamar ke-48 Muhammadiyah; Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta. Maka peran sebagai solusi yang dilakukan oleh Muhammadiyah bukan hanya pada konteks keumatan dan kebangsaan, tetapi juga kemanusiaan universal.
Dalam konteks internasional – global, Muhammadiyah ingin melanjutkan risalah kenabian Muhammad menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ini yang oleh Abdul Mu’ti bahwa Muhammadiyah bukan hanya mengikuti ajaran nabi, tapi juga melanjutkan misi yang dibawa Nabi Muhammad.
“Nabi Rasulullah Muhammad adalah nabi dan rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia, membawa misi rahmatan lil alamin, karena itu maka Muhammadiyah juga berusaha sekarang ini untuk bagaimana dapat berperan di level internasional.” Ungkapnya.
Peran Muhammadiyah di ranah internasional, imbuh Mu’ti, bukan suatu yang imajinatif dan utopis. Karena Muhammadiyah pada 2011 terlah resmi terdaftar secara permanen di PP sebagai anggota The United Nations Economic and Social Council (ECOSOC).
Selain itu, Muhammadiyah juga telah mengambangkan jaringan di 29 negara di seluruh dunia, dengan mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM), termasuk juga telah memiliki lembaga pendidikan yang tersebar di beberapa negara seperti Australia, Malaysia, Mesir, Lebanon dan yang lain.
“Kita ingin menampilkan wajah Islam Indonesia sebagai bagian dari kekuatan dan kekayaan Islam dan bagian dari wajah Islam yang dalam beberapa media Barat ditampilkan dengan wajah yang garang. Kita ingin menampilkan Islam dengan wajah yang penuh dengan rahmah, the smiling Islam atau Islam yang ramah.” Tuturnya.