MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pasca Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 usai, Muhammadiyah langsung tancap gas untuk mengerjakan enam isu strategis yang dihasilkan dari sidang Muktamar.
Enam isu strategis itu adalah; 1) regimisasi agama, 2) kesalehan digital, 3) persatuan umat, 4) reformasi tata kelola filantropi Islam, 5) beragama yang mencerahkan, dan 6) otentitas Wasathiyah Islam.
“Isu-isu strategis melihat fenomena yang berlangsung dan memerlukan pemecahan masalah karena terjadi di masyarakat dan perlu pemecahan problem. Dan Muhammadiyah akan berusaha selama periode ini (2022-2027) untuk masalah itu,” jelas Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad.
Dalam Catatan Akhir Pekan Tvmu, Ahad (11/12), dia secara sederhana menjelaskan enam poin tersebut:
1) Keprihatinan Muhammadiyah terhadap isu regimisasi agama, yaitu upaya meletakkan mazhab tertentu dalam pemerintahan. 2) Perlunya Muhammadiyah mengadaptasi konten-konten dakwah yang efektif dan diterima kalangan muda di dunia digital. 3) Umat akan tangguh jika bersatu dan tidak terpecah oleh perbedaan politik hingga kepentingan. 4) Reformasi profesionalitas manajemen pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah agar dana umat tidak disalahgunakan. 5) Umat perlu dipahamkan agar beragama dan berorientasi akhirat tapi tidak meninggalkan kehidupan dunia. 6) Usaha mempromosikan paham keberagamaan yang moderat, tidak radikal sekaligus tidak liberal.
Dadang mengatakan bahwa tantangan ke depan lebih kompleks dan lebih rumit dibandingkan Muhammadiyah di masa lalu. Tak hanya enam isu strategis di atas, banyak masalah lain yang perlu dipikirkan Muhammadiyah seperti resesi global, krisis iklim yang menyebabkan anomali bencana, kondisi bangsa yang belum bisa diandalkan hingga berbagai masalah keagamaan.
Muhammadiyah dia harapkan juga memperkuat basis dakwah komunitas agar bisa lebih masuk ke kelompok yang selama ini sulit ditembus, yaitu kalangan atas dan kalangan bawah. Kata dia perlu spesifikasi metode pendekatan khusus berdasarkan objeknya.
Pemanfaatan para ilmuwan di Muhammadiyah untuk mengolah data dan riset guna mengembangkan metode, pemetaan dan corak arah dakwah kata Dadang juga menuntut dilakukan.
“Maka Muhammadiyah sebagai basis dari penelitain analisis itulah yang bergerak, supaya kita betul-betul bisa landai, bisa (lebih) menginjak bumi sebagai organisasi,” usulnya.
Memungkasi penjelasan, Dadang mengingatkan agar warga Persyarikatan tidak terlena dengan berbagai capaian positif dan pujian dari banyak pihak. Sebaliknya, dia mengajak semua elemen di Persyarikatan menyambut era baru dengan bersama-sama menggarap isu-isu di atas.
“Pertama kita patut bersyukur atas semua anugerah yang diberikan pada kita sekalian terutama dalam berorganisasi. Muhammadiyah ini banyak orang yang memuji karena banyak kelebihan dibanding organisasi-organisasi lain. Banyak apresiasi dari pengamat asing. Kedua, yang kita harus mempersiapkan diri setelah Muktamar ini adalah kerja,” pesannya. (afn)