MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Di tengah-tengah tarikan banyak pandangan atau ideologi kanan maupun kiri, Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini ingatkan kader Muhammadiyah-‘Aisyiyah untuk berpegang teguh pada ideologi Muhammadiyah yang memiliki pandangan Islam yang Berkemajuan.
Noordjannah menambahkan bahwa, kader Muhammadiyah-‘Aisyiyah harus memiliki keteguhan terhadap ideologi Muhammadiyah, ditambah dengan wawasan kesemestaan serta pengalaman di berbagai bidang akan membangun kader tanggung dan militan. Militansi kader, imbuhnya, tidak bisa diciptakan secara instan. Sebab memerlukan proses yang panjang.
Hal itu disampaikan Ketua PP ‘Aisyiyah, Rabu (2/11) di acara Seminar Nasional ‘Aisyiyah untuk Bangsa dalam rangka Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah. Acara ini juga diikuti oleh Hajriyanto Y. Thohari (Ketua PP Muhammadiyah), Siti Aisyah (Ketua PP ‘Aisyiyah) Hilman Latief (Dirjen PHU), Prof. Siti Zuhro (Peneliti) dan Ketua Majelis Kader PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah.
Dalam seminar yang mengangkat tema “Peran Strategis Kader ‘Aisyiyah dalam Merespon Permasalahan Bangsa” itu, Noordjannah menyebutkan bahwa penyematan kader pada diri seorang aktivis memiliki konsekuensi yang besar. Dalam pandangannya, kader adalah seseorang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, mampu menciptakan kebaruan dari pemimpin yang ada sebelumnya, dan mengerakkan organisasi dengan piawai.
Menyinggung tentang Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah, kader kedua organisasi ini harus mampu mengaktualisasikan pesan substantif yang ada atau lahir dari hasil keputusan muktamar ini kelak. Tidak lupa dia berpesan kepada para kader supaya meluaskan jangkauan, agar tidak seperti katak dalam tempurung.
“Kader-kader kita jika tidak bersemangat untuk terus menguatkan, menajamkan ideologi, mengokohkan ideologi perserikatan, meluaskan jangkauan untuk berkomunikasi dengan banyak pihak tentu hanya akan ada dalam katak di dalam tempurung.” Ungkapnya.
Sedangkan tentang peran strategis kader dalam urusan atau masalah bangsa, kata Noordjannah, ‘Aisyiyah telah berbuat untuk kemajuan sejak sebelum adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, menghadapi tantangan-tantangan masalah kebangsaan ke depan ‘Aisyiyah tidak boleh mundur barang selangkah.
“Aisyiyah ini besar, kita sudah masuk di abad kedua. Maka kita tidak boleh mundur ke belakang, kita harus maju, kita kuatkan diri kita, kuatkan kolektivitas dan kekuatan. Tinggal bagaimana kita mau untuk bersama-sama bergandeng tangan menatap masa depan memberikan yang terbaik dari ‘Aisyiyah bagi kepentingan umat dan bangsa-bangsa kita sedang terus memerlukan peran perempuan-perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, Noordjannah juga berharap eksistensi ‘Aisyiyah yang lebih seabad ini harus ditandai dengan peningkatan dan percepatan, lebih-lebih dalam urusan pelayanan kepada kebangsaan dan kemanusiaan universal. Dari kacamata Noordjannah, hal itu bisa diraih manakala ‘Aisyiyah bisa melahirkan kader-kader handal sebagai penggerak roda organisasi di masa depan.