MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Menjelang pelaksanaan Muktamar ke-48, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) meluncurkan laman wikimu.org. Peluncuran ini sebagai implementasi dari kemajuan Muhammadiyah di ranah digital.
Peluncuran wikimu.org dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad dalam diskusi yang digelar Panitia Pusat Muktamar bersama Majelis Pustaka dan Informasi dengan tema “Transformasi Muhammadiyah di Era Digital” di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (21/10).
Menurut Dadang, Wikimu mengintegrasikan konten-konten digital Persyarikatan yang selama ini masih tercecer.
“Peluncuran wikimu.org melengkapi karya-karya MPI yang sudah dibuat sebelumnya seperti TVMU, Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM), DigiMu, rintisan Fiqih Informasi, Museum Muhammadiyah, Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW), buku Ensiklopedi Muhammadiyah, buku Fachrodin, dan yang lainnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, Mukhlas menyebut bahwa wikimu.org merupakan persembahan MPI di akhir periode ini untuk meneguhkan Muhammadiyah di ranah digital.
“Jadi walaupun ini sudah akhir periode, MPI ini terus berkarya, membuat sesuatu untuk kemajuan Muhammadiyah,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Program, Arif Nurahman menuturkan, secara teknik Wikimu berbeda dengan website dan media lain yang sudah ada di Muhammadiyah. Karena wikimu merupaka platform baru yang memberikan kesempatan kepada siapapun untuk mengisi, mengedit dan menyempurnakan konten yang sudah ada.
“Jadi wikimu.org ini merupakan sarana digital yang dipersembahkan bukan hanya untuk warga Muhammadiyah, tetapi juga unyuk seluruh umat manusia yang membutuhkan informasi tentang Muhammadiyah secara dinamis,” jelas Arif.
Dalam sesi diskusi, Agus Sudibyo menyatakan bahwa Muhammadiyah sebenarnya sudah bertransformasi sejak dulu, namun Sudibyo juga mewanti-wanti bahwa dunia digital ini banyak persoalan, karenanya harus disikapi secara serius.
“Saya berharap digitalisasi harus masuk ke kurikulum sekolah. Sekarang dampak negatif digital sudah sangat nyata dan massif, tapi menanganinya belum serius,” ucapnya.
“Karenanya harus menjadi bagian dari pembelajaran formal agar lebih serius. Di sini Muhammadiyah harus ambil peran,” tegas Sudibyo. (afn)