MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN – Siti Noordjannah Djohantini mengatakan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) adalah salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) di mana nilai-nilai dasar agama menjadi sebuah basis untuk menggerakkan seluruh kehidupan kampus termasuk dalam akademiknya. Adanya kelas Al Islam dan Kemuhammadiyah menjadi ciri tersendiri yang menjadi wujud dari komitmen itu.
Lebih lanjut, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah itu mengatakan bahwa sebagai mahasiswa kebanggan Muhammadiyah ‘Aisyiyah sudah sepatutnya mampu mengisi Indonesia dengan bekal pandangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang telah diajarkan.
“Jadi kita semua ingin memberikan kesaksian dalam konteks indonesia yang maju dengan cara menjadi intelektual muda yang berkeadaban dan mampu mengisi kepentingan kesejahteraan warga bangsa dan semesta. Jangan kecil hati dari sekarang harus punya kekuatan, semangat untuk menyadari bahwa kita punya hak dan kewajiban. Tidak cukup punya hak, tetapi anda bersiap untuk mengisi mengabdikan membawa Indonesia ini menjadi indonesia yang lebih baik, lebih beradab, menjadi maju,” kata Noordjannah dalam acara Opening Ceremony Masa Taaruf (Mataf) Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Senin (26/9).
“Kalau mahasiswa/i saja tidak punya pikiran itu, lah terus siapa? Padahal and termasuk persentase yang kecil yang bisa menikmati kehidupan kampus. Jangan menjadi mahasiswa yang pragmatis, menjadi mahasiswa yang ideologis itu lebih keren dibanding mahasiswa yang pragmatis. Para tokoh awal kemerdekaan, termasuk tokoh perempuan nasional, khususnya perempuan muslim aisyiah, dia berjibaku sejak muda,” tegasnya.
Kiai Dahlan, kata Noordjannah, aktif mendirikan Muhammadiyah pada usia 18 tahun. Sejak muda saja, Kiai Dahlan, sudah bisa mengguncang dunia karena pandangan keIslamannya, yang menjadikan nilai ajaran Islam bisa membawa kehidupan pada kemajuan.
“Identitas ciri alumni unisa yaitu satu akhlaknya kuat, etiknya tinggi. Dua, daya juangnya hebat, daya juang itu ikhtiar. Jadi anda harus diatas rata-rata dari yang dibawah, yang diikhtiarkan oleh UNISA ini. Oleh karena itu semua harus dengan ikhtiar yang kuat. Usaha dengan hati, dengan doa, dengan bersinergi, berkolaborasi, itu ikhtiar. Supaya yang kita ikhtiarkan tercapai. Kalau orang yang bersungguh sungguh jangan dibandingkan dengan orang yang senangnya Cuma mimpi tapi tidak berikhtiar. Indonesia berkemajuan diisi baik oleh laki-laki maupun perempuan, islam tidak membedakan laki laki atau perempuan dalam menuntut ilmu,” harapnya.
Noordjannah berpesan bahwa mahasiswa Unisa juga kampus Muhammadiyah lainnya itu mempunyai tanggung jawab melihat realitas kehidupan kebangsaan, ekonomi, politik dan keagamaan. “Itu juga bahan awal bagi anda untuk memasuki kehidupan kampus. Tugas anda semua mulai melihat realitas, mendialogkan dan adalah pejuang pejuang kehidupan yang berkeadilan, itu mahasiswa Unisa,” pungkasnya.