MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA—Setiap program yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah melalui Majelis ataupun Lembaganya, memiliki waktu yang terbatas dan juga dilakukan pada bidang-bidang yang terbatas/tertentu. Namun demikian, ketika program selesai bukan berarti Muhammadiyah juga selesai dalam melakukan pertolongan.
Demikian disampaikan oleh Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan dalam penutupan Workshop “Pencapaian Kegiatan Pembelajaran dan Monitoring Evaluasi Program Sahabat”, Senin (29/8) di Surabaya.
Menurut Budi, program atau gerakan pertolongan yang diberikan oleh Muhammadiyah melalui Majelis, Lembaga maupun Organisasi Otonom (Ortom) tidak boleh berdasar ukuran proposal program. Melainkan harus tindak lanjutnya, atau berkesinambungan. Di sisi lain, menurutnya di era kekinian tidak bisa lagi usaha-usaha pertolongan kepada kelompok lemah dilakukan sendiri-sendiri, melainkan harus saling berkolaborasi.
“Apalagi dalam program kebencanaan dengan berbagai macam bentuknya,” ucap Budi.
Kolaborasi dengan organisasi lokal atau kedaerahan menurutnya sangat dibutuhkan, sebab dalam konteks bencana membutuhkan pengetahuan atau kearifan lokal dalam menanggulanginya. Oleh karena itu, ini menjadi sisi yang penting diperhatikan dalam kolaborasi untuk penanggulangan bencana. Khususnya dalam Program Sahabat, kata Budi, memerlukan modifikasi sesuai dengan lokalitas kedaerahan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kebencanaan di daerah-daerah yang berbeda. Sebab, dalam melakukan pertolongan dalam konteks kebencanaan harus adaptif dengan lokalitas yang ada. Menceritakan pengalamannya ketika menanggulangi banjir di sepanjang Bengawan Solo, Budi menyebut meski sama-sama bencana banjir, namun dalam memberikan perlakukan atau tindakan untuk bencana itu, tim atau relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) melakukannya dengan cara yang berbeda-beda.
“Di sepanjang Bengawan Solo saja, saya masih ingat beberapa tahun yang lampau kami mengundang MDMC sepanjang Bengawan Solo. Sama-sama banjir yang mengancam, tetapi karakternya juga berbeda-beda. Ini menjadi menarik dan saya sangat percaya mengapa kegiatan itu berbasis di daerah-daerah,” ucap Budi.
Dia berharap relawan MDMC memahami kondisi di lingkungannya masing-masing. Kearifan lokal menurut Budi akan mengefisiensikan waktu dan proses pertolongan kepada masyarakat yang tertimpa bencana. Termasuk Program Sahabat ini harus diimplementasikan dengan wisdom masing-masing daerah.