MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Islam sebagai agama yang sempurna memiliki aturan dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam urusan ekonomi. Meski tidak sesemarak bidang kesehatan, pendidikan maupun sosial lain, namun Muhammadiyah pada pada Muktamar ke-47 di Makassar saat ini tengah berupaya menguatkan pilar ekonomi.
Menurut Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, M Azrul Tanjung, pilar ekonomi sebagai pilar ketiga yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah di Makassar saat ini sedang terus digelorakan oleh Muhammadiyah.
Selama ini Muhammadiyah lebih dikenal oleh publik pada bidang kesehatan dan kesehatan, termasuk sosial. Namun masih sayup terdengar kiprah Muhammadiyah atau warganya yang dominan di bidang ekonomi. Azrul Tanjung menyebut, bahwa Islam merupakan agama yang sempurna, didalamnya juga mengatur tentang bisnis bagi umat.
“Panti asuhan dan sekolah, termasuk kampus bisa menjadi sebuah kebanggan bagi kita. Tetapi di dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar, sudah 7 tahun berlalu, kita sepertinya terhuyung-huyung, terasa badan mau jatuh inilah yang terjadi di bidang ekonomi,” Ucapnya pada, Selasa (2/8) di acara Gerakan Subuh Mengaji ‘Aisyiyah Jawa Barat.
Memandang Islam sebagai agama universalitas menurutnya harus dimiliki oleh seluruh Warga Muhammadiyah. Dia mengingatkan bahwa, Islam bukan hanya mengatur urusan ibadah. Selain itu, perintah bersedekah merupakan perintah yang sangat ditekankan dalam Islam.
Lantas bagaimana orang akan bersedekah, jika ekonomi sendiri masih sulit. Ia juga mengingatkan bahwa Rasulullah sebagai junjungan dan panutan Warga Muhammadiyah merupakan seorang pengusaha yang progresif. Bahkan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga termasuk pengusaha yang dikenal arif di masanya. Maka sudah seyogyanya, tokoh panutan tersebut menjadi inspirasi bagi Warga Muhammadiyah.
Wasekjen MUI Bidang Ekonomi ini melanjutkan, bahwa dalam Al Qur’an juga ada perintah berjihad. Jihad yang bukan hanya dengan jiwa tetapi juga dengan harta, jihad dengan harta menurutnya kontekstual dengan masa sekarang. “Muhammadiyah tidak hanya berjihad dengan hati, tapi juga dengan tangannya. Dengan tangannya apa, termasuk dengan harta,” ucapnya.
Pendiri Muhammadiyah pernah berpesan kurang lebih seperti ini, “Jangan kamu berteriak-teriak sanggup membela agama, walaupun harus menyumbangkan jiwamu sekalipun. Jiwamu tak usah kamu tawarkan, kalau Tuhan menghendakinya, entah dengan jalan sakit atau tidak, tentu akan mati sendiri. Tapi beranikah kamu menawarkan harta bendamu untuk kepentingan agama? Itulah yang lebih diperlukan pada waktu sekarang ini.”