MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN – Di dunia akademik Indonesia, jumlah penulisan jurnal telah melampaui Malaysia dan Singapura. Namun, tapi jumlah sitasi ataupun pengutipan dari jurnal-jurnal Indonesia itu nyatanya masih rendah.
“Tingkat sitasi jurnal Indonesia masih rendah, sedangkan satu jurnal Singapura sudah disitasi lima kali dari jurnal peneliti Indonesia,” ungkap Plt Direktur Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek RI, Teuku Faisal Fathani.
Pada workshop di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (20/7) itu, Faisal lantas mengajak UMY untuk meningkatkan jumlah sitasi nasional ini. Termasuk mengadakan pelatihan dan peningkatan kualitas jurnal dan tingkat sitasi.
Pasalnya, Indonesia kini telah memiliki 14.000 jurnal. Ada 7.000 jurnal yang sudah dievaluasi dan meraih Sinta 6 sampai Sinta 1. Kemudian, 115 jurnal sudah terindeks scopus dan 180 jurnal yang menuju scopus internasional.
“Agar jurnal-jurnal kita ini bisa terindeks internasional bereputasi,” kata Teuku di workshop bertajuk Jurnal Menuju Terindeks Internasional Bereputasi 2022 itu.
Menyambung Faisal, Rektor UMY, Prof Gunawan Budiyanto mengaku senang atas kepercayaan dari Dikti untuk menyelenggarakan lokakarya penulisan jurnal ini.
Lokakarya ini diinisiasi dan dihelat langsung DRTPM Kemendikbudristek dan Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) UMY. Kepada Faisal, Gunawan mengaku bahwa UMY siap digandeng untuk proyek-proyek lain, tidak cuma masalah kepenulisan jurnal saja.
Menurut Gunawan, agenda seperti ini sangat penting sebagai kesadaran publikasi cendekiawan-cendekiawan bangsa. Dia juga bersyukur atas capaian level publikasi keilmuan Indonesia yang telah menyamai Thailand dan Malaysia.
Ke depan, Gunawan berharap Indonesia menjadi negara yang dikenal lewat karya-karya ilmiah yang patut diperhitungkan.
“Ini bukan ungkapan terlalu berbangga diri, tapi ini adalah bentuk kerja keras kita semua dalam mengangkat Indonesia dari perspektif publikasi internasional,” tutupnya. (afn)