MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA — Di tengah kenyataan masyarakat Islam yang serba boleh atau liberal dan di sisi lain juga ada masyarakat yang serba tidak boleh atau ultra tradisional, maka Islam yang dibawakan oleh Muhammadiyah teguh berada di tengah atau moderat.
Demikian ditegaskan oleh Dahlan Rais, Ketua PP Muhammadiyah bidang Kader pada, (15/4) dalam Pengajian Ramadan 1443 H yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur secara hybrid di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).
Dalam konteks ilmu, Muhammadiyah tidak menutup diri atau serba tidak boleh. Melainkan membolehkan warganya untuk menuntut ilmu ke mana saja, tidak boleh ada lagi dikotomi Barat dan Timur. Akan tetapi tetap waspada dengan memasang filter untuk menjaga kemurnian Agama Islam yang dibawakan oleh Muhammadiyah.
Dalam kesempatan ini Dahlan Rais juga berpesan, bahwa moderasi yang digagas oleh Muhammadiyah itu berbeda dengan moderasi yang dibawah oleh Barat yang berangkat dari Agama Kristen. Hal ini yang menjadi nilai pembeda atau distingtif antara moderasi yang dibawah oleh Muhammadiyah dengan yang lain.
“Kami melihat bahwa moderasi Barat memang dimaksudkan vis a vis with radicalism, jadi moderasi (Barat) itu memang sengaja itu untuk kemudian mematahkan yang mereka sebut radikal itu,” ungkap Dahlan Rais.
Selain itu, moderat versi Barat juga menempatkan agama pada urusan privat. Artinya agama tidak boleh mencampuri urusan politik, berbangsa, bernegara dan lainnya, serta memiliki sifat sekuler, yang mengesampingkan agama di ruang publik. Moderasi oleh Barat juga sangat permisif, yang menyebabkan mudahnya paham-paham lain masuk.
“Mereka mudah menerima LGBT, kawin campur – kumpul kebo dan lain seterusnya. Maka ini harus secara jelas dipahami dengan baik, bahwa Muhammadiyah yang mengambil posisi moderat Islam sebagai gerakan moderasi, sama sekali berbeda dengan moderasi Barat”. Tegasnya.
Dahlan menjelaskan bahwa, moderasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu berlandaskan Tauhid, Al Qur’an dan Sunnah, menghidupkan dan membuka ijtihad dan tajdid, mengembangkan wasathiyah Islam, dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Hal-hal itu menegaskan bahwa moderasi ala Muhammadiyah itu tidak mengekor ke Barat.