MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Di hadapan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam acara Refleksi Milad ke-58 dan Peresmian Pusat Studi DPD IMM DIY, Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan dorong kader memiliki daya ungkit menuju transformasi sosial yang lebih baik.
Bachtiar pada kesempatan ini juga mengapresiasi langkah DPD IMM DIY dalam mendirikan Pusat Studi IMM, menurutnya ini adalah kado indah pada Milad ke-58 IMM. Keberadaan pusat studi ini merupakan langkah cerdas yang ditempuh IMM, sebab melalui pusat studi ini menjadi tempat pelembagaan, ide-ide dan gagasan para kader IMM.
“Kehadiran pusat studi ini bagus untuk institusionalisasi, proses pelembagaan, ide-ide gagasan dari pada kader-kader IMM untuk melakukan hal-hal yang lebih baik, dalam hal ini adalah nalar kritisismenya,” ungkapnya pada (14/3).
Di sisi lain, pusat-pusat studi yang didirikan juga bisa menjadi sekoci maupun kanalisasi kader Muhammadiyah yang memiliki banyak kecenderungan model pergerakan. Pusat studi ini diharapkan akan melahirkan kelompok-kelompok kecil kreatif, yang selama ini kecenderungan model pergerakan mereka tidak mainstream.
“Saya berharap pusat studi yang dikelola IMM itu yang heavy nya lebih ke action research. Jadi tidak hanya fenomenologis atau memaparkan saja, tapi kepada apa yang harus dilakukan ketika anda tahu atau anda menemukan sesuatu,” harap Bachtiar.
Setidaknya, imbuh Bachtiar, riset tindakan yang dihasilkan oleh pusat studi yang dikelola oleh IMM ini melahirkan policy brief atau risalah kebijakan bagi Muhammadiyah. Pusat studi yang dikelola oleh IMM mampu mengangkat problem-problem akar rumput yang sedang dihadapi oleh Muhammadiyah. Melalui jenis riset tindakan tersebut, Pusat Studi yang dikelola IMM tidak hanya menghasilkan laporan-laporan normatif.
Penelitian yang dilakukan harus memiliki dampak transformasi sosial ke arah yang lebih baik. Menurut Bachtiar, budaya penelitian akademis yang sifatnya hanya laporan tidak berlaku di pusat studi ini.
“Kebanyakan hasil penelitian atau inovasi jatuh pada ‘lembah kematian’. Hasil penelitian, hasil inovasi itu tidak terdifusi, tidak tersebarkan karena jatuh pada jurang kematian,” tegasnya.