MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Enam orang rombongan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar rihlah dakwah ke Jawa Timur (Jatim) pada 13-19 Maret 2022.
Wakil ketua LDK PP Muhammadiyah, Agus Tri Sundani memaparkan bahwa agenda ini dalam rangka mengumpulkan data-data dakwah komunitas yang telah digarap oleh LDK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Data lapangan terkait metode dakwah, klasifikasi objek dakwah, standar pendekatan dan lain sebagainya diperlukan LDK sebagai bahan untuk membuat panduan mengenai standar nasional dakwah komunitas Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Setelah Jatim, LDK PP Muhammadiyah akan bergerak ke provinsi-provinsi lainnya yang telah menggarap program dakwah komunitas.
“Karena dalam hal ini LDK Jatim itu telah melaksanakan amanat Muktamar tentang dakwah komunitas, maka kami menggali langsung data dari mereka,” kata Agus melalui wawancara langsung di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (26/3).
LDK Jatim Bergerak ke Komunitas Tuna Susila, Pemulung, Anak Jalanan/Punk Hingga LGBT Dakwah Komunitas sejatinya adalah amanat Muktamar Muhammadiyah tahun 2005 dan tahun 2010 yang kemudian diperkuat dengan Tanfidz Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 beserta putusan Sidang Tanwir ‘Aisyiyah tahun 2018 di Surabaya.
LDK PWM Jatim dalam hal ini kata Agus telah bergerak ke beberapa komunitas yang sebelumnya tidak tersentuh secara intens oleh Muhammadiyah, yakni kelompok pemulung, kelompok PSK, kelompok anak Punk/anjal, dan kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) sejak 2010. Di Kremil, Krembangan Surabaya misalnya, dakwah LDK Jatim menurut Agus terbilang sukses.
Dai-dai Muhammadiyah telah melakukan pendampingan hingga kawasan itu bersih dari prostitusi. “Untuk menyadarkannya cukup lama, pertama dengan pendekatan, lalu disadarkan. Terus terang dakwah kepada mereka berat sekali, ya modal fisik, modal ilmu pengetahuan, dan terutama modal finansial,” ungkap Agus.
Pendekatan emosional, pendekatan personal, pemahaman terhadap latar belakang mereka dan kesediaan mendengarkan alasan para objek dakwah itu tanpa menghakimi kata Agus berperan besar dalam kesuksesan dakwah komunitas, termasuk misalnya pada dakwah kepada komunitas LGBT yang digarap LDK di Pasuruan, Jawa Timur.
“Ya diajak makan dulu, kemudian diajak bicara, membutuhkan pendekatan yang cukup lama. Alhamdulillah teman-teman (dai Muhammadiyah) datangnya juga tidak (berpenampilan) seperti ustaz,” kata Agus.
Di samping membimbing dan rutin melakukan pendampingan, LDK juga memberi solusi. Misalnya mencarikan pekerjaan dan mengajak pada hal-hal positif. Program mengentaskan anak Punk di wilayah Tuban, kata Agus menjadi contoh kesuksesan terbesar LDK Jatim.
“Karena mereka itu merasa tidak diorangkan oleh orang lain sehingga mereka ya jadinya seperti itu. Tapi ketika mereka diorangkan, diajak bicara, mereka akhirnya sadar sehingga pada akhirnya kembali ke jalan yang lurus,” tutur Agus.
Terkait data yang telah terkumpul oleh LDK PP Muhammadiyah, kata Agus akan dibahas dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta sebagai upaya meningkatkan program LDK ke seluruh wilayah Indonesia.
“Ya karena ini kan sekarang belum menyeluruh ke seluruh provinsi karena di samping dakwah komunitas, LDK juga memiliki program utama yaitu dakwah di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal),” pungkas Agus. (afn)