MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Sejak awal mencemplungkan diri aktif di berbagai kegiatan Muhammadiyah, baik itu terlebih di Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah, kader Muhammadiyah harus memiliki kualitas distingtif atau khas/pembeda sebagai penguatan kemampuan spesial kader.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, kualitas atau kemampuan tersebut menjadi keberadaan kader Muhammadiyah dibutuhkan di setiap zaman. Sehingga kader Muhammadiyah tidak boleh hanya ada, tapi keberadaannya harus berdampak pada perubahan.
Kualitas distingtif kader-kader Muhammadiyah tidak boleh hanya satu warna, melainkan harus banyak warna supaya sisi-sisi dakwah lain yang jarang tersentuh Muhammadiyah bisa digarap. Artinya tidak semua kader harus menekuni atau mengaku diri sebagai intelektual saja, bisa juga mereka memiliki kualitas distingsi pada bidang seni dan budaya dan yang lain.
“Kita memang sejak awal harus memilih spesialisasi kita dimana, yang intelektual harus ditekuni tidak mengapa dikritisi sana-sini. Kemudian yang lucu juga jangan kemudian dikritik melucu, kemudian tidak mau melucu lagi,” tutur Mu’ti pada (14/3) di acara Sarasehan Milad ke-58 IMM yang diadakan Cabang IMM Ciputat.
Berbagai pilihan untuk menguatkan spesialisasi kemampuan kader harus dipilih dengan sungguh-sungguh. Mu’ti mengingatkan, jangan sampai di acara-acara Ortom Muhammadiyah kering akan seni, budaya termasuk di dalamnya ada sastra. Sastra, kata Mu’ti, merupakan bagian penting dari peradaban besar.
Kualitas distingtif kader sebagai trademark diri, menjadi penting bagi kader Muhammadiyah. Sebab dimanapun keberadaannya dan kualifikasi apapun yang diperlukan, Ortom Muhammadiyah mampu menyediakan dan mensuplai kadernya. Kualitas distingtif kader diharapkan mampu mengisi ruang-ruang kosong publik, terlebih terkait dengan ruang dakwah.
“Pengajian dengan kelas sosial berbagai macam itu saya kira semuanya harus diisi, karena ruang kosong itu yang sekarang diisi oleh kelompok-kelompok lain,” tuturnya.
Bahkan, Abdul Mu’ti berharap kedepan akan ada pemain Timnas Indonesia yang berasal dari kader Ortom. Termasuk berharap akan ada pemain Timnas Bulutangkis berjilbab yang berasal dari kader Ortom. Penguatan kualitas distingtif kader menurutnya selain sebagai jalur karir juga sebagai pola pembinaan kader untuk menjawab kebutuhan keadaan.
Terakhir Mu’ti menjelaskan, selain distingtif, kader Muhammadiyah juga harus unggul, indispensable, tapi juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga kader tersebut tidak inferior menyebut identitasnya bahwa dirinya adalah kader Muhammadiyah.