MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN—Sebanyak 20 santri Muhammadiyah Boarding School (MBS) Sleman Yogyakarta dinyatakan lulus di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dari 20 santri tersebut, 13 di antaranya santri putra dan 7 santri putri mulai berangkat ke negeri Kinanah pada Ahad (09/01). Setibanya di sana mereka disambut dengan hangat oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir.
Ihwal trik dan tips bagaimana mengelola pesantren agar dapat meloloskan santri-santrinya ke kampus Timur Tengah, berikut kami tampilkan hasil wawancara tim redaksi Muhammadiyah.or.id dengan Wakil Direktur III MBS Sleman Yogyakarta Muhammad Taufik pada Sabtu (15/01). Harapannya dari wawancara ini, lebih banyak lagi Pesantren Muhammadiyah (PontrenMu) yang berhasil meloloskan santri-santrinya studi ke luar negeri.
Sebanyak 20 orang berangkat ke Mesir, apa perasaan dari pihak MBS Sleman Yogyakarta sendiri?
Alhamdulillah, tentunya sangat bersyukur sekali atas prestasi yang diraih anak-anak, menjadi sebuah kebahagiaan dan kebanggaan untuk kami bisa mengantar mereka sampai titik ini.
Bagaimana proses 20 alumni MBS Sleman Yogyakarta bisa lanjut studi ke Mesir? Adakah peran dari MBS Sleman Yogyakarta atau usaha mandiri saja?
Proses yang panjang harus dilalui anak anak. Sejak awal mereka masuk pondok memang sudah kita tanamkan dan dorong untuk mau melanjutkan studi ke Timur Tengah, karena keprihatinan kita akan kurangnya kader ulama di Muhammadiyah. Selain kita dorong kita imbangi dengan pembekalan yang sekiranya bisa membantu mereka untuk lolos seleksi ke timteng.
Kemudian ketika sudah menginjak kelas 12 SMA kita petakan lagi minat studi lanjutan santri. Bagi yang berminat lanjut kuliah ke Timur Tengah kita adakan penggemblengan Bahasa Arab selama satu tahun penuh. Kita buatkan daurah khusus lanjut studi Timur Tengah dengan diampu ustadz/ah yang memang lulusan Timur Tengah. Setelah itu, kita lakukan pendampingan pada proses pendaftaran sampai selesai pelaksanaan seleksi.
Selain faktor dari pondok, memang tekad anak untuk bisa lolos juga sangat berpengaruh dalam kesuksesan ini. Kemuan mereka untuk belajar dan mau mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan sangat membantu.
Apa bekal ilmu, pengalaman, dan amaliyah bagi santri selama di MBS Sleman Yogyakarta?
Bekal ilmu yang paling dibutuhkan adalah penguasaan Bahasa Arab . Kita biasakan Bahasa Arab dalam kehidupan sehari hari selama di asrama. Juga kita rekrut guru-guru yang punya pangalaman dalam mengajar Bahasa Arab, baik orang Indonesia yang pernah kuliah di Timur Tengah atau punya kapasitas Bahasa Arab yang bagus, juga kita adakan daurah dengan mengundang syeikh-syeikh dari dunia Arab agar mereka terbiasa berinteraksi dengan orang Arab.
Selain itu juga kita undang motivator untuk memotivasi mereka lanjut kuliah di Timur Tengah. Selain ilmu Bahasa Arab yang kita tanamkan adalah bahwa mereka ini kader Muhammadiyah. Mereka akan menjadi harapan persyarikatan untuk kedepannya.
Apa harapan MBS Sleman Yogyakarta bagi ke-20 orang tersebut selama nanti di Mesir?
Harapan dari pihak MBS Sleman Yogyakarta sendiri, mereka selama di Mesir bisa menimba ilmu seluas-luasnya, dan bisa studi setinggi-tingginya, jangan cepat merasa puas dan jangan cepat pulang ke Indonesia. Dan diusahakan untuk bisa membangun jaringan di Mesir, sehingga akan memberikan manfaat untuk MBS Sleman Yogyakarta secara khusus dan untuk Muhammadiyah secara umum. Kami juga berharap mereka bisa aktif di PCIM Mesir sehingga bisa menambah pengalaman dan bisa belajar berorganisasi.
Apa harapan setelah mereka selesai studi di Mesir?
Setelah selesai studi di Mesir harapannya bisa Kembali ke MBS Sleman Yogyakarta dan juga ke persyarikatan untuk menjadi kader umat. Bisa mengembangkan ilmunya juga bisa mengamalkan dan menyebarkannya ke masyarakat. Punya andil di pesantren-pesantren Muhammadiyah atau kalau bisa mendirikan pondok pesantren Muhammadiyah malah lebih bagus, sehingga semakin banyak pilihan bagi warga persyarikatan untuk menyekolahkan putra putrinya di pondok pesantren Muhammadiyah.
Adakah masukan untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah?
Pertama, mengupayakan beasiswa untuk kader Muhammadiyah, seperti ormas lain yang sudah mendapatkan beasiswa dari Al-Azhar, harapannya Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga bisa menjalin kerjasama agar bisa diberikan beasiswa. Atau bisa menindaklanjuti kesepakatan beasiswa yang sudah dibuat antara Muhammadiyah saat era Pak Din Syamsudin dengan Syeikhul Azhar waktu itu.
Kedua, mendorong pondok-pondok pesantren Muhammadiyah untuk bisa mengurus muadalah dengan Al-Azhar, karena kalau seperti yang disampaikan pihak Al-Azhar sendiri bahwa semua siswa yang memiliki ijazah muadalah bisa langsung mendaftar di universitas Al-Azhar. Walaupun 20 santri yang berangkat ke Mesir tahun ini belum menggunakan fasilitas di atas, tapi harapan kedepan semakin banyak PontrenMu yang mengurus muadalah semakin besar juga peluang santri-santrinya untuk lanjut studi ke Al-Azhar.
Ketiga, ikut mengawal proses seleksi masuk Universitas Al-Azhar yang dilaksanakan Kementerian Agama, sehingga semakin banyak santri-santri dari PontrenMu yang diterima di Al-Azhar. Seperti tahun ini Pak Maskuri yang ikut melobi agar passing grade diturunkan sehingga peluang lulusnya lebih besar.