MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Memiliki jumlah amal usaha melimpah di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial nyatanya tidak membuat Muhammadiyah berpuas diri. Untuk memaksimalkan khidmah keumatan, Muhammadiyah kini mulai melirik pada usaha penguatan dan penguasaan ekonomi.
Dalam forum Refleksi Akhir Tahun Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah, Jumat (24/12) Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai Persyarikatan Muhammadiyah sejatinya memiliki tiga modal penting sebagai prasyarat akselerasi ekonomi.
Tiga hal tersebut adalah amanat Muktamar Makassar tahun 2015 tentang ekonomi sebagai pilar ketiga Muhammadiyah, sejarah kebudayaan Muhammadiyah, dan jaringan saudagar Muhammadiyah.
Pada prasyarat pertama, Haedar menyebut amanat Muktamar itu mengharapkan kesuksesan pengelolaan ekonomi sebagaimana suksesnya Muhammadiyah dalam mengelola amal usaha di bidang pendidikan, sosial dan kesehatan.
“Menjadikan ekonomi sebagai pilar ketiga dari Muhammadiyah sesungguhnya merupakan cara pandang yang realistis sekaligus juga menggambarkan ada visi ke depan dari Muhammadiyah di mana kita akan menggarap program-program bisnis, kewirausahaan dan program-program ekonomi secara tersistem,” kata Haedar.
Pada prasyarat kedua, Haedar menilai Muhammadiyah tidak sulit untuk membangkitkan budaya ekonomi. Sebab di masa awal berdiri, cabang dan ranting Muhammadiyah justru menyebar ke seluruh Indonesia melalui para pedagang di daerah yang menjadi pusat dan kantong-kantong ekonomi.
Padamnya kultur ekonomi di Muhammadiyah menurutnya terjadi dengan datangnya masa Orde Baru yang memunculkan konglomerasi dan memutus pertumbuhan alami ekonomi masyarakat.
“Tinggal bagaimana kita membangkitkan etos wirausaha ini menjadi culture baru atau reproduksi culture kewirausahaan yang harus kita tumbuhkan dengan format baru. Karena biasanya tradisi besar itu akan mudah kita bangkitkan kembali,” kata Haedar.
Pada prasyarat ketiga, lahirnya Jaringan Saudagar Muhammadiyah menurut Haedar adalah modal penting untuk melahirkan sumber daya manusia yang fokus bergerak melahirkan para aghniya’. Tugas jaringan ini adalah mengusahakan terjadinya mobilitas kelas kekayaan secara vertikal.
Haedar lalu mendorong MEK PP Muhammadiyah segera membuat peta jalan yang konkrit agar di tahun 2022, MEK hanya fokus pada usaha penguatan dan kapitalisasi tiga prasyarat di atas.
“Maka nanti ketemu sebenarnya sebagai sebuah gerakan yang tersistem di tahun 2022. Bagi Muhammadiyah mengkapitalisasi tiga hal itu seperti memasang banyak saklar di rumah kita lalu mengkoneksikan saklar-saklar itu sehingga ketika kita pijit semuanya ikut bergerak,” tegasnya.