MUHAMMADIYAH.OR.ID SLEMAN — Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Cangkringan merupakan Klinik Satelit yang dimiliki oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Cangkringan, keberadaan klinik sebagai tempat penjaringan awal dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Selain Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Cangkringan, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Gamping, dan Bantul juga miliki Klinik Satelit lain yakni, Klinik PKU Muhammadiyah Pakem, Klinik PKU Muhammadiyah Berbah, Klinik PKU Muhammadiyah Srandakan, Klinik PKU Muhammadiyah Wates, dan Klinik PKU Muhammadiyah Sleman.
Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Cangkringan yang terletak di Kawasan Rawan Bahaya (KRB) 3 Gunung Merapi saat ini sedang mengusahakan diri menjadi klinik siaga bencana. Menggapai keinginan tersebut, rencananya klinik akan menggandeng Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang selama ini diketahui sebagai lembaga kompeten dalam penanggulangan bencana.
Pada, Sabtu (25/12) Klinik PKU Muhammadiyah Cangkringan melakukan Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pimpinan Klinik. Dari Kepala Klinik sebelumnya, dr. Muslihah kepada Kepala Klinik yang baru dr. Dimas M. Akbar yang dilangsungkan dengan khidmat di halaman kompleks Klinik PKU Muhammadiyah Cangkringan. Pelantikan dan Serah Terima Jabatan ini juga baru yang pertama kali dilakukan secara seremonial.
Saat ditemui di sela acara, dr. Muslihah menuturkan bahwa lokasi Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Cangkringan strategis dalam penanggulangan bencana. Oleh karena itu, dirinya berharap kedepan dengan bersinergi dengan MDMC PP Muhammadiyah klinik ini bisa berubah menjadi klinik tangguh bencana.
Meski demikian, dirinya tidak bisa memaksakan keinginan tersebut dapat direalisasikan dengan cepat, sebab saat ini klinik masih terus melakukan pembenahan dan peningkatan pelayanan. Oleh karena itu regenerasi pimpinan diharapkan bisa meningkatkan pelayanan yang lebih baik.
“Sekarang pelayanan kesehatan akan berpacu dengan perkembangan teknologi dan kebijakan atau regulasi dari pemerintah. Maka klinik harus mampu beradaptasi dengan regulasi,” imbuhnya.
Menyampaikan capaian saat ini, pelayanan klinik PKU Muhammadiyah Cangkringan berkat kolaborasi dengan Fakultas Kedokteran UMY dalam pelayanan sudah paperless atau sedikit menggunakan kertas dan beralih ke digital, serta telah ada pelayanan telemedicine.
Sedangkan, dr. Dimas menuturkan bahwa memajukan klinik ini adalah tantangan baru. Maka modernisasi adalah tahapan menjawab tantangan tersebut, sehingga pelayanan bisa semakin maju dan berkembang.
Sementara itu dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman, Harjaka berpesan kepada pimpinan yang baru untuk memahami tipologi masyarakat pedesaan sebagai basis pasien yang berobat ke klinik. Menurutnya, derajat pengabdian di Muhammadiyah bukan diukur dari strata kedudukan dan gaji, melainkan dari keikhlasan dalam pengabdian.
“Serta harus bekerja selalu mengharapkan ridho Allah SWT,” ungkapnya.
Lebih khusus ia berharap tradisi profesional – ikhlas yang selama ini berlaku di Muhammadiyah untuk senantiasa ditumbuh suburkan. Karena bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bukan hanya berorientasi gaji, tapi juga ada sisi dakwah, ibadah, dan jihad kemanusiaan.