MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Setelah berjuang melawan sakit yang diderita, anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Suyatno, M.Pd wafat pada Ahad sore, (10/10) di Jakarta.
Almarhum yang pernah menjabat sebagai Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Rektor UHAMKA Jakarta dan Rektor UM Bandung dimakamkan di kampung halamannya yang berada di Purbalingga, Jawa Tengah.
Mengenang almarhum, UHAMKA Jakarta menggelar takziah virtual pada Senin malam (11/10). Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan tiga hal dalam takziah tersebut.
Pertama, Haedar menyatakan bahwa almarhum adalah sosok saleh yang karena kesalehannya itu almarhum memiliki radius pergaulan sangat luas dan diterima di banyak kalangan.
“Kita mengeal Prof. Suyatno sebagai pribadi baik dan menyenangkan. Beliau lembah manah, sifat welas asihnya begitu kuat, suka menolong dan membantu, lebih-lebih kegiatan Persyarikatan hatta meski itu kadang membuat diri beliau berat beban,” kenang Haedar.
Kedua, Haedar menyebut bahwa sosok almarhum adalah seorang pengayom, penuh khidmat dan kerja keras dalam menyelesaikan tugas Persyarikatan.
“Pengkhidmatan beliau di Muhammadiyah luar biasa dan selalu ingin menunaikan tugas apapun,” tutur Haedar.
“Saya tahu persis ketika (pimpinan) dari daerah mengurus (AUM) pendidikan ke Majelis Diktilitbang, Pak Yatno adalah sosok yang selalu ada di saat teman-teman daerah hadir ke Jakarta dan semuanya dilakukan dalam keadaan seberat apapun dan mengawalnya,” imbuh Haedar.
Haedar lalu mengenang ketika almarhum memperoleh mandat untuk 3 kali memimpin UHAMKA dan merintis UM Bandung dari bawah hingga berhasil dan menjadi universitas berprestasi.
“Beban beratnya luar biasa dan beliau tunaikan tanpa mengeluh. Saya jarang mendengar beliau mengeluh tentang keadaan, tentang orang, dan hal-hal lain yang kadang tidak bisa saya lakukan,” kenangnya.
Ketiga, Haedar menganggap almarhum memiliki kegigihan, visi maju dan jaringan yang luas untuk mengembangkan UHAMKA dan UM Bandung beserta AUM Pendidikan Tinggi Muhammadiyah di daerah.
“Berpikirnya selalu melangkah ke depan dari yang lain hingga kadang bikin ini itu dan relasinya betul-betul ada di mana-mana. Nah ini membuat bahwa beliau menjadi tokoh yang tampak hasilnya dari jerih payah beliau dalam satu sistem Persyarikatan. Tiga hal itu tentu insyaallah menjadi amal jariyah beliau,” imbuh Haedar.
Terakhir, Haedar menyebut Persyarikatan Muhammadiyah telah mengupayakan kesembuhan almarhum secara penuh dengan berbagai cara.
“Kami percaya betapa pun kehilangan, Bu Yatno melepas Allahyarham dengan ikhlas, sabar dan tawakal penuh pengharapan bahwa Prof Yatno husnul khatimah dan diampuni kesalahan dan dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya dan kita berdoa ditempatkan di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala,” doa Haedar.