MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Kedatangan Islam menghapus sistem dan pemikiran jahiliyah. Meskipun kata jahil bermakna ‘bodoh’, masyarakat jahiliyah sejatinya bukanlah masyarakat yang tidak berpengetahuan.
Mengutip penjelasan ilmuwan Studi Islam Toshihiko Izutsu dan Mustafa A’zami, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyebut bahwa masyarakat jahiliyah bukanlah masyarakat bodoh sesuai pengertian ilmu pengetahuan.
“Sebagian besar masyarakat Arab pada masa itu pandai bersastra bahkan menulis karya-karya yang bernilai puisi tinggi,” ungkap Mu’ti.
Jahiliyah sendiri menurutnya adalah sifat yang merujuk pada kebodohan manusia dalam memaknai Tuhan dan kemanusiaan. Abdul Mu’ti lantas menyebut bahwa ada beberapa macam penjelasan terkait jahiliyah di dalam Alquran, misalnya istiah jahiliyah dalam Surat Al-Ahzab ayat ke-33.
“Membanggakan kemuliaan dirinya dengan mengaitkan silsilah nenek moyangnya sehingga muncul tribalisme dan ashobiyah yang berlebihan dan membuat orang itu menjadi tidak menghormati orang yang lain karena silsilah keluarga bukan karena amal perbuatannya,” jelas Mu’ti.
Dalam forum Pengajian Maulid Nabi Universitas Muhammadiyah Kudus, Selasa (19/10) Abdul Mu’ti lantas menjelaskan bahwa contoh lain tentang pengertian jahiliyah ada dalam Surat Al-Maidah ayat ke-50.
“Hukum jahiliyah itu adalah orang menjadi kuat lebih-lebih karena kemampuan fisiknya, kemampuan bertempur dan menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisiknya, bukan karena cara-cara yang sebaik-baiknya yang memang kemudian diubah dalam ajaran agama Islam,” imbuhnya.
Kehadiran Islam menurut Mu’ti berhasil mengubah pemahaman masyarakat Arab yang bersifat jahiliyah menjadi pemahaman yang beradab karena memanusiakan manusia. Masyarakat kota Madinah, di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad menurutnya telah menjadi masyarakat ilmiah (knowledge society).
“Masyarakat ilmiah inilah yang diletakkan dasar-dasarnya oleh Nabi Muhammad. Masyarakat yang senantiasa dalam kehidupannya itu mengambil sikap-sikap berdasarkan ilmu sehingga pembeda antara orang berilmu dan orang jahiliyah itu ada pada kemampuannya menggnakan akal dan kemampuannya dalam bertindak secara bijaksana,” jelasnya.
“Di sinilah kita bisa melihat bahwa Islam itu menggeser bahkan dalam beberapa hal menggusur tradisi-tradisi jahiliyah itu menjadi tradisi yang ilmiah dan membangun sebuah peradaban baru di mana manusia itu menjadi mulia bukan karena keturunan siapa, tapi karena dia adalah orang yang beriman dan berilmu,” pungkasnya.