MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Muktamar Muhammadiyah adalah forum permusyawaratan tertinggi Persyarikatan. Lazimnya, ribuan perwakilan Muhammadiyah dari seluruh Indonesia datang memadati acara. Sayangnya, pandemi Covid-19 memaksa gelaran akbar ini diatur dengan format yang berbeda.
Memastikan tergelarnya Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 pada bulan November 2022, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Tanwir IV secara daring pada Sabtu dan Ahad, 4 dan 5 September 2021.
Dalam sidang Tanwir, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah memberikan lima rekomendasi gelaran Muktamar ke-48 tahun 2022.
Lima rekomendasi itu terkait dengan format acara, jumlah peserta, durasi, protokol kesehatan dan mitigasi/rencana kontingensi.
Format Acara dan Jumlah Peserta
Dihubungi lewat sambungan telepon, Ahad siang (5/9) Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah Aldila S. Al-Arfah menuturkan bahwa Muktamar ke-48 nanti akan diselenggarakan secara hybrid, yakni kombinasi antara sistem luring (offline) dan daring (online) yang dipusatkan di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Di lokasi pusat acara, peserta luring dibatasi maksimum 300 orang dari Pimpinan Pusat dan perwakilan masing-masing Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia.
Menariknya, setiap Pimpinan Wilayah juga mengadakan gelaran luring di provinsinya masing-masing dengan batas maksimum yang sama dengan memaksimalkan Amal Usaha Muhammadiyah. Hal ini untuk mewadahi antusiasme para peserta Muktamar yang tidak mendapatkan akses ke pusat acara.
“Yang luring di tempat masing-masing PWM menyesuaikan daya tampung setempat. Misalkan di Sumatera, Kalimantan, PWM-nya ada yang memiliki Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah sehingga ada aula yang besar, berarti bisa dengan jumlah yang besar juga. Kalau tempatnya tidak memadai, maka berarti mereka juga harus memecah-mecah peserta di tempat berbeda,” urai Aldila.
Protokol Ketat Mengintai Peserta Luring Dari Berangkat Sampai Pulang
Berbeda dengan Muktamar sebelumnya yang digelar selama empat hari, MCCC merekomendasikan Muktamar di masa pandemi maksimum dilaksanakan selama dua hari.
Tak hanya memangkas waktu, para peserta luring menurut Aldila juga dipantau secara ketat dari saat persiapan, berangkat, acara, hingga pulang.
“Karena yang kita khawatirkan bukan hanya di lokasi acara, tapi juga perjalanan berangkat dan pulangnya berisiko juga kan, ya? Baik di pesawat, di perjalanan darat, apalagi menggunakan kendaraan umum yang berinteraksi dengan orang lain. Itu kita khawatirkan sehingga perlu diperketat,” tuturnya.
Keputusan ini harus dilakukan untuk menjamin keamanan para peserta luring yang menurut demografi rata-rata anggota dan peserta Muktamar adalah para senior dan sesepuh Muhammadiyah.
“Ada kelompok-kelompok berisiko yaitu adalah kelompok dari usia-usia ayahanda kita yang ada di Persyarikatan. Mulai dari Pusat dan Wilayah itu kan paling muda usia 40-an ke atas. Nah sedangkan di sisi lain usia 50—60-an adalah kelompok yang paling tinggi meninggal dunia karena terpapar Covid,” terang Aldila.
MCCC sejauh ini telah memetakan tiga jenis komorbid tertinggi yang disarankan menjadi perhatian peserta luring. Pertama adalah diabetes, kedua adalah darah tinggi, dan ketiga adalah penyakit jantung.
“Nah tentu ayahanda dan ibunda kita yang mempunyai penyakit komorbid ini kita sarankan untuk tidak berangkat,” kata Aldila.
“Nah untuk memastikan hal tersebut, kami berharap nanti bisa berkolaborasi dengan panitia akan membuat formulir screening pendataan dan mendownload surat keterangan sehat. Jadi nanti masing-masing peserta Muktamar yang mau berangkat datang ke dokter terlebih dahulu membawa surat yang kita siapkan tersebut, lalu minta dokternya mengisi. Kalau dinilai layak berangkat, maka kita ACC (terima) layak berangkat,” imbuhnya.
Panitia Luring di Wilayah dan Pusat Menyediakan Shelter dan Tim ICS
Lebih jauh, MCCC menurut Aldila menetapkan bahwa peserta Muktamar wajib telah mendapatkan vaksinasi.
“Namun memang untuk vaksinasi wajib mutlak. Itu nanti di formulirnya ada keterangan sudah vaksin atau belum. Sudah vaksin kedua atau belum,” jelasnya.
Di lokasi acara luring, MCCC menyarankan panitia untuk membentuk ICS atau Incident Commanding System. Di lapangan, tim ini yang akan bergerak memastikan para peserta aman dari ancaman Covid-19 baik dari lokasi kedatangan seperti bandara, tempat bermalam, sampai di tempat kegiatan.
“Sampai dengan menyipakan tempat karantina atau shelter bilamana nanti setelah screening di lokasi ada yang positif maka harus secepatnya dikarantina. Teknisnya nanti kami di MCCC Pusat akan berkoordinasi dengan MCCC wilayah,” kata Aldila.
“Kami kemarin di Tanwir menyampaikan bahwa di tahun 2022 pandemi belum usai. Walaupun ada kemungkinan melandai, iya. Tapi seperti yang saya bilang akan terjadi long pandemic, sehingga kemudian pada akhirnya akan menjadi endemi, artinya penyakit yang menetap. Karena ini penyakit yang menetap maka kita sebagai sebuah bangsa, gerakan, ya mari kita harus siap hidup berhadapan dengan Covid bukan secara pasrah, tapi beradaptasi dengan senantiasa berikhtiar mematuhi protokol kesehatan yang ada,” pungkasnya.