MUHAMMADIYAH.OR.ID, TAIWAN– Tidak bisa dipungkiri, nasib Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berdiaspora ke berbagai negara kerap mengalami kejadian-kejadian yang merugikan mereka. Jika tidak tertipu investasi bodong, mereka kerap lepas kendali akibat belum terbiasa memegang uang dalam jumlah banyak.
Sikapi hal itu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PCIM Taiwan, gelar Webinar Series “Melihat Peluang Usaha dan Investasi bagi PMI Diaspora di Taiwan yang akan Pulang ke Indonesia.”
Muhammad Muslih, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan berharap bisa mempersiapkan bekal/keahlian kepada lebih dari 250 ribu Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan setelah kembali ke Tanah Air.
Keberadaan PCIM Taiwan bukan hanya sebagai tempat berhimpun diaspora warga persyarikatan, melainkan juga menjadi pendamping untuk keberdayaan PMI ketika di Taiwan, sehingga memiliki bekal ketika pulang.
“Kami ingin membersamai teman-teman sekalian kalau ke depan bapak-ibu bisa sukses itu menjadi impian kami,” tuturnya pada (5/9).
Dalam Webinar yang diadakan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PCIM Taiwan ini Muslih mengatakan bahwa, peran PCIM Taiwan seperti pembekalan keahlian bagi PMI adalah bagian dari tanggung jawab sebagai sesama bangsa yang sedang diaspora.
Dia berharap PMI tidak perlu sungkan untuk berinteraksi dengan PCIM Taiwan, sebab dalam memberikan pemberdayaan tidak bisa dilakukan hanya dari satu arah. Sejak awal terbentuk, PCIM Taiwan mencanangkan trilogi gerakan yang meliputi filantropi, pemberdayaan PMI, dan gerakan dakwah.
Sementara itu, mengulas kisah tentang peluang usaha dan investasi bagi PMI diaspora di Taiwan yang akan pulang ke Indonesia (Exit Program), Ketua Pengusaha PMI Purna DIY, Agus Sugiarto mengungkapkan, PMI yang telah pulang ke Indonesia sering lupa atau mereka menganggap bahwa perjuangan mereka telah usai.
Padahal, kata mantan PMI dari Jepang ini, kehidupan masih terus berlangsung. Jika PMI yang pulang ke Indonesia ini tidak melanjutkan perjuangan, lantas kehidupan seperti apa yang mereka dambakan.
Ia menceritakan, dahulu sering kali ditemukan, PMI yang pulang ini merasa menjadi ‘juragan’ di daerahnya, akan tetapi tidak bertahan lama sebab tidak memiliki keahlian untuk mengelola uang yang dimiliki sebagai usaha lanjutan.
“Ketika menjadi juragan tanpa pekerjaan, bagaimana mereka jatuh bangun bahkan tersesat di jurang investasi bodong,” ungkapnya.
Agus Sugiarto mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui MPM untuk mendampingi PMI. Sebab masalah yang dihadapi oleh PMI tidak semudah yang dibayangkan, mereka memiliki masalah yang begitu kompleks, sering kali bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga sosial dan lain-lain.