MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sejak 30 Agustus 2021, sebagian sekolah di berbagai daerah telah melakukan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas dan bersyarat.
PTM dianggap penting untuk mencegah siswa didik dari bahaya learning loss atau penurunan kemampuan kognitif dan keterampilan siswa.
Meski banyak orangtua siswa yang menyambut baik diadakannya PTM, ternyata juga tak sedikit orangtua yang khawatir sehingga tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM.
Menanggapinya, Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Corona Rintawan menilai hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi dan edukasi orangtua siswa.
“Sepertinya perlu juga sekolah bikin video pendek yang bisa meyakinkan orangtua bahwa protokol kesehatan sudah kita jalankan sesuai anjuran Majelis Dikdasmen dan pemerintah, lalu disebar ke whatsapp grup orangtua,” usul Corona dalam forum webinar MCCC Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah, Selasa (28/9).
Corona juga mengusulkan agar PTM dilakukan sepekan sekali dengan melihat keadaan persebaran kasus di kota setempat. Jika aman, maka jumlah PTM bisa ditingkatkan dua kali dalam sepekan. Langkah ini menurutnya diperlukan agar psikologis siswa dan orangtua mereka nyaman mengikuti PTM.
Sementara itu Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Alpha Amirrachman menyatakan bahwa orangtua siswa memiliki hak untuk memberi izin atau tidak memberi izin bagi anaknya mengikuti PTM. Karenanya, Alpha juga berpesan agar sekolah tidak memaksa murid mengikuti PTM.
“Jadi ada fleksibilitas di situ dan ingat, anak-anak itu adalah anak-anak dari orangtua dan mereka punya hak untuk melepaskan jika mereka merasa nyaman. Dan mereka juga punya hak untuk tidak melepaskan jika merasa tidak nyaman,” tuturnya.
Alpha juga sepakat dengan ide dan penilaian Corona Rintawan. Menurutnya MCCC dan Majelis Dikdasmen harus bersama-sama dan saling bekerjasama mengawal PTM agar tetap menjamin keselamatan dan kenyamanan siswa.
“Derajatnya sama pentingnya. Jangan sampai yang satu meniadakan yang lain. Jangan kesehatan diutamakan, tapi hak anak-anak ditiadakan. Itu dua-duanya (kesehatan dan pendidikan) adalah hal yang penting karena learning loss itu adalah hal yang sangat merugikan kita di masa depan, itu sangat membahayakan anak didik,” tutupnya.