Sabtu, 19 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

KH. Mas Mansoer, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah

by ilham
4 tahun ago
in Artikel, Tokoh Muhammadiyah
Reading Time: 6 mins read
A A
KH. Mas Mansoer, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah

Mas Mansoer adalah salah satu tokoh Islam Indonesia terkemuka di abad ke-20. Lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya. Ayahnya bernama KH Mas Ahmad Marzuqi merupakan keturunan keraton Sumenep di Madura dan seorang khatib tetap di masjid Sunan Ampel di Surabaya.

Ibunya bernama Raudhah, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo, Wonokromo, Surabaya. Dari kedua orang tuanya, Mas Mansoer memiliki akar tradisi pesantren yang sangat kuat, sehingga hidup dalam suasana keagamaan dan adat yang begitu kental.

Akrab dengan Pesantren dan Kitab Kuning

Mas Mansoer kecil sering menyaksikan ceramah-ceramah KH. Ahmad Dahlan di Surabaya. Ia juga menimba ilmu dari Muhammad Thaha Ndresmo berlanjut ke pesantren Demangan Bangkalan, dan tidak luput pula belajar pada Kiai Khalil untuk mendalami al-Quran dan Kitab Alfiyah Ibnu Malik.

Akrab dengan kitab kuning dan tradisi pesantren lainnya, pada tahun 1908 Mas Mansoer menunaikan ibadah haji sekaligus mukim dan belajar di Mekkah kepada Kyai Mahfudz yang berasal dari Pesantren Termas, Pacitan.

MateriTerkait

Viral S-Line di TikTok, Allah Murka bagi Mereka yang Berbangga dengan Dosa

Apakah Uang Hasil Monetisasi Konten Digital itu Halal?

Hukum Bekam dalam Islam, Bolehkah?

Menunaikan Ibadah Haji

Setelah menunaikan haji, Mas Mansoer belajar di Mekkah selama empat tahun sebelum harus pindah karena semakin tidak kondusifnya situasi politik di jazirah Arab kala itu.

Pada mulanya, ayah Mas Mansoer tidak mengizinkannya pindah ke Mesir lantaran beranggapan negara di Afrika Utara itu bukan tempat yang baik untuk belajar. Namun, Mas Mansoer kali ini terpaksa untuk tidak menuruti kehendak ayahnya.

Pada tahun 1912 berangkat ke Mesir dengan menumpang kapal laut dan akhirnya diterima di Fakultas Agama Universitas Al-Azhar.

Mengasuh dan Mengajar Pesantren An-Najjiyah Sidoresmo

Sepulang dari Mekkah dan Mesir pada tahun 1915, Mas Mansoer mengasuh dan mengajar di Pesantren An-Najjiyah di Sidoresmo.

Selain mengajar kitab kuning di pesantren, ia juga aktif terlibat dalam pelbagai gerakan, baik yang bersifat sosial, politik, keilmuan, maupun keagamaan.

Bahkan bergabung dengan Sarekat Islam pimpinan HOS Tjokroaminoto dan terlibat mendirikan pusat kajian Taswirul Afkar bersama Kiai Wahab Hasbullah. Di sela-sela kesibukannya sebagai aktivis dalam dunia pergerakan pun, Mas Mansoer masih sempat berfikir kontemplatif dengan menulis di berbagai media.

Mas Mansoer Masuk Muhammadiyah

Pada tahun 1921, Mas Mansoer masuk organisasi Muhammadiyah. Awalnya anggota biasa kemudian menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, lalu menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur.

Pada tahun 1927, ia dipercayai menjadi ketua Majelis Tarjih pertama. Puncaknya dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada Oktober 1937, Mas Mansoer resmi ditunjuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.

Di bawah kepemimpinan Mas Mansoer, Persyarikatan Muhammadiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dalam dakwah, pendidikan, kaderisasi, maupun dalam pergerakan nasional.

Mendirikan Majelis Islam A’laa Indonesia

Setelah menjadi Ketua PB Muhammadiyah, Mas Mansoer mulai melakukan gebrakan politik yaitu dengan memprakarsai berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).

Selain didominasi oleh aktivis Muhammadiyah, dalam MIAI juga ada Hasyim Asy’ari dan Wahab Hasbullah yang keduanya tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Mendirikan Partai Islam Indonesia

Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) tahun 1938 bersama Sukiman Wiryasanjaya. Menurut sebagian kalangan, pendirian ini dilakukan sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII).

Pada 19 Maret 1939, Mas Mansoer dan R. Wiwoho mewakili partai tersebut untuk mendirikan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) bersama kaum pergerakan kebangsaan di Jakarta.

Sebagai organisasi federasi partai politik, GAPI secara aktif menuntut kepada Hindia Belanda untuk menerapkan pemerintahan demokratis bagi Indonesia. Berdasarkan anggaran dasar organisasinya, GAPI memiliki tujuan untuk: Menyatukan partai politik Indonesia dalam perjuangan kedaulatan pemerintahan Indonesia; Demokratisasi pemerintahan Indonesia; Mencegah konflik antar partai politik Indonesia dalam melakukan perjuangan kemerdekaan.

Ditawari Jabatan oleh Belanda

Sebagai tokoh elit politik dan pemuka agama yang disegani, Mas Mansoer juga banyak ditawari jabatan prestisius oleh pemerintahan Hindia Belanda. Misalnya, ia pernah menolak tawaran menjadi Ketua Hod van Islamietische Zaken, yaitu lembaga yang bertugas memberikan nasihat-nasihat keagamaan Islam kepada Pemerintah Hindia Belanda. Meski akan memperoleh gaji sebesar seribu gulden setiap bulan, setara gaji bupati kala itu, ia tetap tegak pada pendirian tidak ingin menjadi alat pemerintahan penjajah.

Mas Mansoer sebagai Empat Serangkai

Ketika Jepang menggantikan kekuasaan Belanda atas Nusantara, tepatnya pada tanggal 16 April 1943, dibentuklah organisasi yang bernama Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) di Lapangan Ikada, Jakarta.

Mas Mansoer bersama dengan Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantoro ditunjuk sebagai pimpinan PUTERA yang kemudian dikenal dengan sebutan Empat Serangkai.  Keempat tokoh ini dianggap Jepang sebagai kelompok yang paling berpengaruh di Indonesia.

Keterlibatannya dalam Empat Serangkai mengharuskan Mas Mansoer pindah ke Jakarta, sehingga Ketua PB Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagoes Hadikoesoemo.

Masuk dalam PUTERA

Jepang mempelajari bahwa untuk merebut hati rakyat, perlu tokoh nasional yang saat itu sudah dipercaya rakyat. Harapannya, golongan nasionalis dan intelektual dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk melancarkan perang Jepang.

Meskipun Jepang membentuk PUTERA dengan misi mengeksploitir kekayaan Indonesia bagi keperluan Perang Asia Timur Raya, Empat Serangkai saat itu memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah Jepang seperti koran dan radio untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia kelak.

Pada tahun 1944, Mas Mansoer mengundurkan diri dari Empat Serangkai. Ada yang menyebut karena kondisi kesehatannya yang terus memburuk, ada pula beberapa sumber menulis bahwa hal itu sebagai sikap protesnya terhadap kekejaman Jepang terhadap orang-orang Indonesia.

Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Surabaya dan kedudukannya dalam Empat Serangkai digantikan oleh rekannya di Muhammadiyah Ki Bagoes Hadikoesoemo.

Mas Mansoer dalam BPUPKI

Pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan HUT Kaisar Jepang, Tenno Haika, pengurus dan anggota Badan Pengurus Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) diangkat.

Tugas BPUPKI adalah menyelidiki hal-hal penting dan menyusun rencana persiapan kemerdekaan Indonesia, serta terkait erat dengan lahirnya Pancasila sebagai dasar negara. Dari jumlah keseluruhan anggota BPUPKI adalah 62 orang Indonesia, termasuk di dalamnya Mas Mansoer.

Akhir hayat

Saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, gelombang semangat meliputi seluruh orang di Tanah Air. Mulai dari akar rumput hingga pimpinan negara.

Di Surabaya bagian utara, Mas Mansoer memimpin barisan pemuda yang melawan militer Belanda. Kondisi raga yang sakit tidak memungkinkannya untuk melawan secara frontal. Saat itulah, Mas Mansoer ditangkap pihak musuh dan ditahan.

Di tengah pecahnya perang kemerdekaan, Mas Mansoer meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946. Sang ulama sekaligus negarawan ini wafat sebelum usianya memasuki setengah abad. Jenazahnya dimakamkan di Gipo, Surabaya. Mas Mansoer dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 26 Juni 1964.

Naskah: Ilham Ibrahim

Editor: Fauzan AS

Tags: headlineKH Mas Mansoerpahlawan nasionalSejarahTokoh
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Kader HW Bangkit dan Bersatu Lawan Pandemi

Next Post

Kisah Partai Masyumi, Pengalaman Penting bagi Muhammadiyah

Baca Juga

Haedar Nashir Terima Penghargaan Bintang LVRI, Serukan Komitmen dan Nilai Keindonesiaan bagi Generasi Muda
Berita

Haedar Nashir Terima Penghargaan Bintang LVRI, Serukan Komitmen dan Nilai Keindonesiaan bagi Generasi Muda

10/07/2025
Muhammadiyah Resmi Luncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal
Berita

Muhammadiyah Resmi Luncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal

25/06/2025
Apa Saja Syarat Validitas Kalender Islam Global?
Berita

Menjawab Kritik terhadap Kalender Hijriah Global Tunggal: Hilal di Bawah Ufuk

19/06/2025
Haedar Nashir Terima Penghargaan Tokoh Perbukuan Islam 2025
Berita

Haedar Nashir Terima Penghargaan Tokoh Perbukuan Islam 2025

18/06/2025
Next Post
Abdul Mu’ti Ingatkan Bahaya RT/RW Jika Hanya Mengurusi Surat-Menyurat

Kisah Partai Masyumi, Pengalaman Penting bagi Muhammadiyah

Wakaf memainkan peran penting sebagai instrumen kelangsungan dan keberlanjutan eksistensi masyarakat Islam. Dalam perkembangan wacana dan isu revitalisasi wakaf

Muhammadiyah Sebagai Pilar Bangsa Indonesia

Kader Ulama Tarjih itu harus Menguasai Bahasa Arab dan Inggris!

Mengapa Muhammadiyah belum Menggunakan Kriteria Kalender Islam Global ?

BERITA POPULER

  • Mahasiswa Kristen, Laura Amandasari: Kampus Muhammadiyah Rumah Kedua Saya

    Mahasiswa Kristen, Laura Amandasari: Kampus Muhammadiyah Rumah Kedua Saya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Sakit Muhammadiyah Berkembang Pesat, Haedar Nashir: Itu Kita Bangun Di Atas Sistem Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Cara Mudah Mengakses Kalender Hijriah Global Tunggal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Universitas Muhammadiyah Papua Barat Resmi Berdiri, Irwan Akib: Muhammadiyah Hadir untuk Semua Anak Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Kesehatan Mental melalui Perspektif Al-Qur’an dan Hadis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Hadirkan Makan Bergizi: Wujud Nyata Pengabdian untuk Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Jumat: Pentingnya Membiasakan Ibadah kepada Anak Sejak Dini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Dukung Sepakbola Nasional lewat Peresmian Lapangan UMY

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.