MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Busyro Muqoddas, mengajak kepada Umat Islam supaya tidak berlebih-lebihan dalam memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H, yang jatuh bertepatan pada Selasa, 10 Agustus 2021.
Ketua PP Muhammadiyah ini memperingatkan bahwa jangan sampai peringatan tahun baru Islam, bernasib sama dengan Hari Kemerdekaan Indonesia yang rutin diperingati pada 17 Agustus. Di mana perayaan dilakukan dengan mewah, tapi korupsi di Indonesia meningkat, kemunduran demokrasi, mundurnya kejujuran dan meningkatnya kebohongan.
Momen tahun baru Islam dan Kemerdekaan menurut Busyro harus mendatangkan kesadaran berdzikir dan berfikir. Menurutnya, Umat Islam dan Bangsa Indonesia akan berhasil dalam mengarungi peradaban apabila mampu mengaplikasikan kesadaran tersebut untuk memaknai dirinya.
Umat Islam dari kacamata Busyro memiliki karakter dzikir, pikir, dan berbuat amal konkrit. Karakter tersebut akan mencerminkan karakter selanjutnya yang disebutkan dalam Ali Imran: 110, yakni umat umat yang terpilih dan terbaik.
“Tapi kenyataannya Umat Islam, sebagian tidak semuanya, mengesankan belum sebagai Umat Islam yang memiliki karakter itu. Dan sebaliknya ada kesan yang kuat Umat Islam itu, umat yang mengalami nasib umat yang statis, pasif, bermental kacung, dan nervous,” katanya
Melalui Tabligh Akbar Memperingati Muharram yang diadakan Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Senin (9/8), Busyro menyebut, nasib Umat Islam sebagaimana yang ia sebutkan itu disebabkan ketidakpahaman. Umat Islam kehilangan karakter yang memadukan dzikir, pikir, dan melakukan amal konkrit.
Krisis karakter tersebut menimbulkan mental ‘budak politik’ yang saat ini sedang dialami oleh Umat Islam. Padahal, sambung Busyro, Agama Islam ini merupakan agama yang mengajarkan pemerdekaan atau liberasi, serta menjunjung tinggi kemanusiaan yang otentik, yaitu kemanusiaan yang tidak bisa ditafsirkan seenaknya.
“Melalui mimbar ini saya kesekian kalinya berseru dengan cara yang ma’ruf, lewat ceramah ini, jangan sekali-kali Pancasila itu ditafsirkan secara monopolistic untuk menggencet kelompok yang tidak disukai, dan membela kepada kelompok yang disukainya,” tegas Busyro
Dalam pemaknaan tahun baru hijriah, Busyro mengajak kepada Umat Islam Indonesia membaca peta negara. Sebab umat Islam ingin meningkatkan kemapanan Bangsa Indonesia, maka harus mengetahui terlebih dahulu kelemahannya. Pembacaan yang dilakukan bukan hanya sebatas kulit-permukaan, tapi harus mendalam melalui riset objektif.