MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Organisasi perempuan ‘Aisyiyah menggelar milad ke-104 tahun pada Rabu (19/5) dengan tema “Merekat Persatuan, Menebar Kebaikan di Masa Pandemi”.
Menyambut milad, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memuji pemilihan tema yang dianggapnya kontekstual dan mencapai jantung persoalan dalam kehidupan masa kini.
Masalah kebaikan (al khairiyah) diuji dalam masa pandemi. Sementara masalah persatuan (al ukhuwah) diuji dengan tersisanya sentimen politik pasca pemilu. Di tingkat yang lebih luas, isu ukhuwah diuji dengan adanya perilaku bar-bar Israel terhadap negara Palestina.
Haedar lantas mengutip ayat 9 dan 10 Surat Al Hujurat beserta ayat 103 Surat Ali Imran yang menekankan pentingnya persatuan dan menghindari perpecahan.
Ayat 10 Surat Al Hujurat berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil,” demikian bunyi ayat 9 Surat Al Hujurat.
Dalam ayat-ayat di atas, Alquran menekankan agar umat yang memahami perdamaian teliti dan waspada terhadap berbagai hal yang mengancam terwujudnya persatuan dan kebaikan.
“Persatuan dan kebaikan merupakan energi positif untuk kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Di dalam konteks dan realitas nyata, sering energi positif itu berhadapan dengan energi yang negatif,” jelas Haedar.
“Dalam kerangka berpikir ta’arud atau oposisi biner dalam istilah keilmuan, kita perlu mencermati secara seksama di samping hal-hal dan energi positif dari persatuan dan kebaikan. Kita juga perlu mencermati hal-hal yang negatif yang sering menjadi hama, virus, faktor destruktif yang menjadi faktor predator bagi tegaknya atau rekatnya persatuan dan tegak atau menyebarnya kebaikan,” imbuh Haedar.
Oleh karena itu, Haedar pun berpesan agar dalam momen Milad ‘Aisyiyah ini, warga Persyarikatan waspada dengan unsur-unsur yang memang sengaja diciptakan untuk mengancam persatuan.
“Karena itu kita berharap agar setiap umat, kelompok umat, kelompok bangsa untuk tidak mengedepankan ananiyah hizbiyah, kepentingan-kepentingan sempit kelompok yang dengannya satu sama lain saling berlomba dalam keburukan dan bukan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Akhirnya yang terjadi adalah saling ancam, saling rasa terancam, kemudian masuk pada perangkap perseteruan, permusuhan, kebencian dan benih-benih yang membuat kita retak sebagai bangsa,” pesannya.
“Di sinilah penting bagi kita semua termasuk keluarga besar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ketika kita merekat persatuan maka tanamkanlah nilai-nilai luhur agar di tubuh umat dan bangsa kita tidak mengembangkan nilai-nilai yang membuat rusaknya persatuan seperti pada dua ayat tadi,” tutup Haedar.